Minggu, 04 Oktober 2009

Jerusalem-Bethlehem, sebuah jejak yang menyentuh

Setelah turun gunung Sinai, makan, yang tidak enak, maka segera packing dan bergegas naik bis. Perjalanan kali ini kembali panjang. Hari ini aku mau masuk Israel melalui Tabha, jalur selatan Israel. Pas berangkat kami udah dipesenin, supaya seolah-olah nggak bisa bahasa Inggris. Kalo itu mah nggak perlu seolah-olah. hehehe.
Sampai di perbatasan Mesir Israel, kami harus gotong koper dan menuju imigrasi. Lolos imigrasi mesir, tarik koper lagi masuk ke Tabha Israel. Masuk Israel, aduh.. yang jaga anak2 SMA, mereka wajib militer. Dengan kacamata item, celana hipster yang medel-medel, dengan bahasa inggris yang bagus, dan kepercayaan diri yang sangat kuat mereka menyambut tamu. Karena kami rombongan maka dia minta menunggu. Dengan kekernya.. dia melihat apakah kami lengkap atau tidak. Dengan sangat sopan dia bilang bahwa prosedurnya begitu. Kegalakan muncul ketika ada tamu dengan mobil mewah yang kayaknya ada problem dengan paspornya. di usia semuda itu mereka tetep tenang. Ok... akhirnya masuk imigrasi. "Angelina", ... "yup", "what's your full name?", "Angelina Ika Rahutami". "Do u speak english", "No, of course"... terus aku diijinkan jalan. bareng kupikir-pikir... pethuk juga diskusi tadi ya... hehehe..
Oke akhirnya masuk Israel. Laut biru mediteranian emang cihui. Di beberapa sudut perempuan berbikini dan keluarganya, berenang suka cita. Bersih tertata. pemandangan yang sangat berbeda dengan Mesir. Gurun yang gersang, di beberapa titik berubah jadi taman bunga yang indah.
Dengan local tour guide, Hiske, ibu yang cukup sepuh yang menguasai 4 bahasa, dan pengetahuan yang sangat lengkap. perjalanan ini jadi sangat menyenangkan. Perjalan dimulai dengan melewati laut mati yang sangat luas. Mineral putih yang ditumpuk dan siap diolah jadi macem-macem menjadi pemandangan yang indah. Kemudian kami melewati Tiang garam. Konon ini adalah istri Lot, yang nengok ke belakang dan menjadi tiang garam.
Kami menginap di Hotel Jerusalem Gate. pemandangan orang-orang Jahudi dengan topi kecil di kepalanya (kipfa) menjadi pemandangan yang jamak. Topi mereka pun bermacam-macam, ada yang tinggi, ada yang topi koboi. Hal ini karena ada masyarakat Armenia, dan Amish di sana. Indah menyaksikan keberagaman ini. Jerusalem Gate Hotel cukup besar. Dan ada Sabath lift, lift yang selalu ada di tiap hotel. Sabath lift ini akan otomatis membuka di tiap lantai pada hari Sabath. Hari dimana umat Yahudi tidak boleh melakukan aktivitas apa pun, termasuk memencet lift.
Besok paginya perjalanan ziarah pun di mulai. Gereja pertama yang dikunjungi adalah Gereja tempat St. Hieronimus menterjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani menjadi bahasa latin pertama kali. Gereja ini terletak di Bethlehem. Bethlehem sendiri berarti Rumah roti atau dalam bahasa arab adalah Rumah daging. Betlehem meskipun berada di Israel, namun di bawah kekuasaan Palestina. Sehingga kami harus melalui pemeriksaan lagi. Bethlehem ini di kepung oleh tembok yang membatasi Israel dan Palestina. Tembok bagian dalam palestina penuh dengan tulisan yang menginginkan agar tembok dihancurkan.
Gereja ini ada di bawah tanah. Suasana Sakral segera terasa. Misa pagi itu terasa nikmat. Dengan Altar ortodox yang romonya membelakangi umat.
Selesai misa, kami segera berjalan kembali, masih di Bethlehem menuju Groto Milk. Gua ini di percaya, bahwa Maria dan bayi Yesus ada disana. Maria menyusui Yesus, dan air susu yang tumpah di tanah, menjadikan seluruh daerah menjadi putih. Gua ini memang putih bersih. Dalam gua ini banyak terjadi mukjijat terutama untuk keluarga yang menginginkan anak. Dalam gua ini ada 1 gambar dan 1 patung, yang menunjukkan Maria sedang menyusui Yesus. Hanya disinilah ada gambar Maria menyusui, karena selama ini gambar Maria selalu dalam figur yang sendiri, atau menggendong Yesus.
Setelah berdoa, maka kembali jalan kaki. Suasana lengang dan harum falafa, makanan khas mereka merangsang aroma. tapi jalan harus terus, kami akan masuk ke Gua Kelahiran Yesus. Gereja Kelahiran Yesus, harus masuk melaui pintu yang sempit dan badan membungkuk. Ini karena waktu perang Salib, pintu sengaja diturunkan (bahkan dulu harus mbrangkang) untuk bentuk penghormatan. Gereja ini sangat indah. Banyak ornamen cantik, lampu2 indah tergantung di dalamnya. Suasana sangat hening. Beberapa rahib melintas, menekankan keheningan yang harus di jaga.
Kami harus antri sebelum menuju ke Altar tengah, tempat bintang perak sebagai tanda peringatan akan kelahiran Yesus berada. Gereja ini dibangun pada tahun 326 M dan merupakan 3 Gereja pertama di tanah suci. Dua pintu masuk ke palungan dihiasi oleh lampu aneka macam.
Bintang perak dengan tulisan latin "Hic de Maria Virgine Jesus Christus Natus Est" membuat mataku berair. Aku sujud, menyentuhnya, dan dalam hati berkata, aku menyentuhmu Yesus yang lembut hati. Lembutkanlah hatiku selalu. Perjalanan dilanjutkan ke Padang Gembala, tempat para gembala menerima kabar sukacita. Bau pinus yang menyeruak, taman yang tenang, gereja yang hening membawaku ke lamunan masa silam.

1 komentar:

Perkasa Boy mengatakan...

taman bunga di gurun teringin nak lihat