Minggu, 04 Oktober 2009

Kana, dan keliling danau Tiberias

Hari terakhir sebelum ke Yordania, transit ke Dubai dan Jakarta
Hari ini ditutup dengan ke Gunung Tabor, Misa di Kana dan menyusuri danau Galilea. Jalan ke Tabor yang berliku (aku kayaknya kleru crita deh, yang berliku tuh Tabor, dan bukan Karmel.... sorry...udah tua). membuat kami harus naik mobil khusus dan bukan bis. Wah tapi memang pemandangan di sana begitu indah. Pertapaan Franseskanes yang sepi sangat indah.
Setelah menikmati keheningan pagi, maka langsung ke Kana. Di Kana Yesus, pertama kali membuat mukjijat. Mengubah air menjadi anggur dalam pesta perkawinan. Anggur Kana terkenal manis, kurang pahit sedikit sih menurutku hehee.
Yang istimewa dalam Misa di Kana ini, adalah adanya pembaharuan janji perkawinan. Dulunya pinginnya pake gaun. udah bawa sih gaun pink pendek.. tapi lupa bawa sepatu. punyanya cuman sepatu kets.... hahahaa..... kan kakiku kaki gajah. jadi wagu pol. akhirnya pake kaos yang lumayan sopan, warna merah.
Setelah selesai misa, kami mampir sebentar ke toko suvenir, dan lanjut ke Yardenit, anak sungai Jordan. Sungai yang biru kehijauan tampak tenang. Di sini Yesus di baptis oleh Yohanes Pembaptis. Beberapa ikan tampak berenang tenang di sana. Sayangnya tidak ada upacara pembaptisan yang terjadi. padahal pasti mengasikkan melihat pembaptisan di sana.
Nah sekarang tiba saatnya untuk berlayar. Bus melaju ke danau Galilea atau Tiberias. Danau yang tenang. Kami masuk ke rumah makan, yang subsisten, karena menghasilkan apa2 sendiri. Suguhannya adalah ikan Petrus. atau ikan Tilapia. Disebut ikan petrus karena Yesus menjaring Petrus pertama kali di sini. Ya hanya ikan petrus tok, dengan kentang dikit.
Habis itu kami berlayar menyusuri danau. bendera merah putih dikibarkan di kapal, lagu dari kaset kapal, Indonesia Raya berkumandang. Indonesia adalah negara ke 5 yang paling banyak datang ke Tanah Suci.
Lengkap sudah kunjungan kali ini (ada beberapa cerita yang memang belum tertulis. sori, agak susah mengingatnya hehehe...).... kunjungan yang menyenangkan, dan menawan hatiku.

Jaffa, Haifa dan Gereja Maria Diangkat ke Surga

Tak terasa sudah hampir memasuki hari terakhir. Hari ini harus meninggalkan Yerusalem menuju Danau Tiberias atau Galilea, atau Kinereth. Pagi-pagi, setelah sarapan, menu fav ku selama di hotel adalah Jamur dan Taoge mentah... segar, dikasih olive oil dikit. Bus pun berjalan konstan, melewati padang kapas, yang menjadi produk andalan Israel.
Kunjungan pertama adalah ke Jaffa. Jaffa adalah pelabuhan tua yang terletak di bagian selatan tel Aviv. (oya ibukota Israel tuh bukan tel Aviv lo, tapi Jerusalem, meski Tel Aviv adalah kota terbesar). Kota ini sangat bagus dengan pemandangan laut yang sangat indah... menakjubkan.
Kemudian kami mampir ke Kaesarea (nama dari herodes Agung. Kota ini membentang sepanjang pantai mediterania. Ada amphitheater yang sangat besar di sini. Juga ada Hippodrome tempat kuda berpacu, pilar-pilar yang ada bikin pingin nari india...halah...
Kemudian dilanjutkan ke aquaduct, saluran air yang membentang dari gunung Karmel sampai ke Kaesarea. Dahsyat banget ya jaman dulu sudah begitu.
Sekarang saatnya ke Gunung Karmel. Gunung dimana Nabi Elia berhasil mengalah nabi-nabi Baal yang mempersembahkan persembahan bagi Tuhan. Perjalan ke sini harus ganti mobil dulu. karena jalanan sungguh berkelak-kelok. ada sekitar 32 tikungan... asikkkk...
Suasana pertapaan Karmel yang tenang, segera memberikan kesan dingin di hati, suasana damai, dan bukan permusuhan. Biara Karmel ini juga dipersembahkan kepada Perawan maria, sebagai lambang Bunda Allah yang penuh belas kasih. Jalan terus ke Haifa.
Haifa sendiri adalah kota kecil yang tidak memiliki tradisi suci dalam ajaran kristen. tapi di tempat ini ada taman yang sangat indah. Taman untuk agama Bahai, yang berasal dari Iran. Agama ini mengakui semua Nabi, Musa, Isa, Muhammad, dan Sang Budda, dengan nabi terakhir adalah Baha Ullah (berasal dari Persia), pendiri agama Bahai tersebut. Mereka masih mengakui adanya nabi baru yang akan datang. Haifa dipercaya sebagai kota suci mereka. Taman yang sangat indah.
Acara hari ini ditutup dengan Misa di gereja Maria Diangkat ke surga. Gereja ini ada dua bagian, Gereja keluarga Kudus dan Gereja maria diangkat ke Surga. Kembali, hati merasa begitu damai. Rahib-rahib Franseskanes, membuat gereja ini menjadi sangat nyaman untuk berdoa.
Gereja ini dipenuhi dengan gambar maria dari berbagai bangsa. Indonesia, Marianya sangat jawa, memakai kain kebaya, kelihatannya karya F Widayanto, keramikus terbesar Indonesia.

Mengapung di Dead Sea

Setelah selesai Via Dolorosa, maka saatnya kembali ke Hotel, sarapan, dan lagi-lagi segera jalan... Kali ini agak ringan, karena akan diakhiri dengan berenanggggggg....
Kunjungan pertama adalah di gereja Kelahiran Santa Maria, tempat Santa Anna dan Yoakim, mengandung dan membesarkan Maria. Gereja ini dibangun jama Kruseder, dan tetap indah sampai saat ini.
kemudian dilanjutkan ke Kolam Bethesda Kolam ini tidak jauh dari gerbang St. Stefanus, di tembok timur kota lama. Kolam berbentuk segi 4 terkubur dalam puing-puing, dan dulu digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Para Kruseder membangun sebuah kapel di atas rerntuhan gereja Byzantium yang sisa pintu utamanya masih bisa terlihat di atas kolam.
Siang semakin terik, perjalanan dengan bis kembali dilakukan. Sekarang akan ke Qumran. Tempat gulungan kitab suci pertama ditemukan.
Di Qumran ini dulu hiduplah kaum Essenes, yaitu kelompok orang beragama yang menjauh diri dari kehidupan dunia. Mereka meninggalkna Yerusalem dan hidup lebih keras di pada pasir untuk doa, belajar, meditasi, semangat kemiskinan dan kemurnian. Mereka membuat sumur-sumur penampungan air, dan memiliki ritual mandi dalam sebuah kolam sebelum menulis.
pada tahun 1947, ditemukan gulungan gulungan kitab oleh para Bedouin yang menggembalakan doma disana. Ada 7 gulungan kitab suci yang terbuat dari kulit domba, kertas papirus kuno dan tembaga. Melihat daerah yang panas terik, terbayang kehidupan mereka yang demikian berat.
Ok... now... time for leisure... Kemana lagi kalo bukan berenang di laut Mati. karena kandungan mineral yang terlalu tinggi, dan garam yang sedikit dijamin mengapung. hahahaha.... asik... kulitku menjadi semakin mulus akibat lumpur Dead Sea.... what a asik day...

Via Dolorosa

Via Dolorosa, atau Jalan Sengsara Yesus, merupakan kisah sengsara Yesus mulai dari rumah Pilatus sampai ke Kalvari.
Pagi ini jam 6 pagi, saya sudah mulai mempersiapkan diri. Hati saya berdebar tidak karuan, entah karena apa? mungkin hati kecilku merasa tidak layak menyentuhNya... o debaran yang tidak bisa dihentikan, antara kerinduan dan airmata, antara rasa syukur, dan upaya menjadi lebih baik.
Pagi itu setelah parkir, jalan mulai mendaki. Kanan kiri jalan penuh dengan toko dan warung, sama seperti setting jalan salib yang terbaca di Kitab Suci. Daerah ini adalah daerah saudara-saudara Muslim, tapi tidak membuat perbedaan apa pun dalam hati kami. Rutenya tidak jalan salib dulu, karena kami mendapat kesempatan Misa pertama. Jadi langsung menuju Gereja Golgota. Gereja yang amat sangat besar. Di dalamnya terdapat berbagai macam gereja lagi, mulai dari Katolik Roma, Katolik Ortodox Yunani, dan Armenia. Ada 2 Gereja Katolik Roma utama di sana. Di sisi Makam Kudus, dan sisi Golgota. Kami mendapat jatah Gereja Golgota.
Tempatnya harus naik tangga, karena Golgota adalah suatu bukit. Di atas, ada dua altar, milik ortodox Yunani dan Roma. Gereja Ortodox Yunani berdiri di atas tanah yang dipercaya sebagai tempat Yesus disalibkan. Sedangkan Katolik Roma mendapat bagian, tempat Yesus dilucuti pakaiannya dengan paksa dan dipaku di kayu salib.
Kami nderek Misa di Gereja yang indah. Rasa yang tidak karuan kembali muncul, karena menyentuh tempat Yesus di salib. Aku memimpin lagu dengan suara yang bergetar menahan tangis (dalam mengetik inipun mataku berkaca-kaca). padahal selama sekian hari dan selalu memimpin lagu tidak ada masalah apa pun. Misa berjalan hening, dan cepat, karena masih ada beberapa rombongan lain yang akan misa kloter berikutnya.
Tampak di sisi kiri altar, sahabat2 ortodox, bersujud di altar satunya, mencium batu, tempat salib Yesus ditancapkan. Semua memakai kerudung putih dan hitam, sebagian pula memakai burka yang hitam pekat. Mereka menelungkup dan terisak.
Selesai misa, kami turun ke bawah. Di bawah ada batu pualam besar, tempat Yesus diurapi, sebelum dikafani dan dimakamkan. Karena tempat ini adalah Gereja Ortodox, sehingga ritual penyembahan terasa lebih kental dibandingkan Katolik Roma. Para rahib berpakaian hitam dan berjenggot panjang, para perempuan yang menutup kepala dengan kerudung, datang menciumi batu pualam, mengguyurnya dengan wewangian.
Aku merubuhkan badanku di pualam tersebut. menyentuhkan pipiku, dan membiar hidung dimasuki aroma wewangian. Kuletakkan rosarioku, kuusapkan... aku menangis, rindu akan Dia...
Setelah selesai kami akan memulai jalan salib. Sempat potret sebentar di depan. Perjalanan dimulai dari gereja dimana Yesus dicambuki dan dimahkotai duri. Kubah yang berornamen mahkota duri, diterobos sinar matahari memberi nuansa indah.
Sebenarnya kami mau memikul salib dengan menyewa. Tapi si pemilik salib, dari toko2 yang berjejer itu bener2 mengkomersialkan, karena dia harus memotret ritual kami. padahal pemotretan pasti akan mengganggu jalan salib ini. Akhirnya tanpa salib kami melalui perhentian demi perhentian, di tengah keributan pasar, dan lalu lalang pengemis, kami mendaraskan doa.
Sampai kembali di Gereja makam Kudus, kubur batu milik Yusuf dari Arimatea. Kubur batu ini dibagi menjadi dua sisi. Sisi yang sangat besar adalah milik Gereja Katolik Roma. Dibuat dari kubah batu hitam, dengan lilin yang melingkar dan bernyala berkedip. Karena antrean sangat panjang, maka kami memutuskan mengambil sisi satunya milik Gereja Armenia. toh tidak ada bedanya, Ruangan yang kecil memungkinkan kami masuk satu-satu dan menyentuh makam Yesus....
Suatu peristiwa iman, yang membuat aku jatuh cinta lebih dalam