Senin, 18 Mei 2009

antara Dawet dan Candi

Lewat Prambanan, di kiri jalan kalo dari Timur ada tukang dawet...yang luarisss... kayaknya seger nih segelas dawet di siang bolong.. hmmmm paduan gula jawa, santen dan cendolnya sungguh nikmat, sambil menikmati ademnya pohon waru. Membuat semangat jalan-jalan naik lagi.

Nah...selanjutnya adalah Candi Kalasan. Candi Kalasan ini lumayan rimbun... suasana sepi, sangat bikin ngantuk. Bentuk candi yang menjulang, agak berbeda denagn khas candi Hindu... di sana sini ada beberapa patung yang sudah ilang tangannya... eman-eman banget ya.

Kunjungan berikutnya adalah Candi Sari. Candi sari ini ada di sebelah utara jalan. Candinya lebih gendut dan tidak langsing. Candi bercorak Budha ini terletak di desa Bendan. Candi Sari dibangun sekitar abad 8. Candi yang berbentuk bangunan bertingkat ini memanjang seperti persegi panjang. Di dalamnya ada tiga Bilik. Di masing-masing bilik ada Patung Budha yang diapit Bodhisatwa. Konon lantai satu dan dua dulunya dipisahkan oleh papan kayu.. wow..kerennya. Dinding luarnya dipenuhi relisf Bodhisatwa sebanyak 38 buah dan memegang bunga teratai... indah sekali.. sayang candi ini tidak sepopuler Candi Prambanan dan Borobudur.
Candi terakhir yang dikunjungi adalah candi Sambi Sari...kalo ini mah..udah deket dengan bandara Adisucipto. Keunikan Candi Sambi sari adalah letaknya yang di bawah, dan dulunya tertimbun tanah....Rumput hijau yang membentang, memberikan kesejukan tersendiri.

Kayaknya memang butuh promosi pariwisata yang lebih intens agar candi-candi indah tersebut tidak dimakan oleh jaman. mmm.....hari yang menyenangkan... yukkkk cari candi-candi baru lagi...

Sabtu, 16 Mei 2009

Rawa Pening - Gethuk Kethek dan Nasi Tumpang

Jumat pagi...ahaaa....siap-siap numpak motor lagi nih. Udah agak nggak motoran. Jadi pingin ambil rute yang agak lama. Pagi ujan sempet bikin bete juga.. karena takut kalo terangnya siang, pasti foto-fotonya jadi OE deh..

Untung jam 7 udah reda..akhirnya jam 7.30 berangkatlah. Menyusur gunung pati, menyaksikan hamparan sawah, dan kebun-kebun rambutan dan duren yang masih basah. Hawa enak banget pagi ini. Tujuan pertama adalah Rawa Pening. Bingung mau ambil sisi mana yang bagus.

Akhirnya berbeloklah aku di sekitar sungai Tuntang... Asssiikkkk ketemu dermaga kecil yang menjorok. Dari situ, danau yang masih berkabut nampak eksotis sekigus mistis. Membayangkan tiba-tiba BaruKlinthing muncul dalam wujud ular...hmmmm syereeemmm....
Beberapa pencari enceng gondok dan tanah rawa berseliweran dalam diam. Terlihat beban kehidupan yang dijalani dengan senyum. Rawa pening tidaklah lagi elok. Terlalu banyak enceng gondok yang memberi kehidupan petani namun sekaligus merusak rawa pening itu sendiri.


Oke... perjalanan dilanjutkan lagi. belum puas di dermaga pertama, maka aku mencoba menyusur sawah di pinggir rawa. Teratai mini berbunga keriting cantik sekali. Beberapa capung hinggap di ujung-ujung daun... memberi warna yang kontras.
Perjalanan dilanjutkan kembali, menyusuri Salatiga, mau cari Gethuk Kethek. Kenapa kok Gethuk kethek... karena di depan warungnya ada kethek yang hobi makan gethuk...hahhaha. Gethuk ini beda dengan gethuknya magelang. Dia benar2 ketela dideplok, dicampur kelapa dan gula. Harum, manis, dan lembut banget di lidah. Ini salah satu oleh2 khas Salatiga. Sayangnya mudah sayup (apa bahasa Indonesianya sayup ya...). Jadi harus dimakan sesegera mungkin.


Setelah membeli gethuk, tujuan berikutnya adalah Nasi Tumpang di daerah Ampel Boyolali. Perjalanan cukup asik.. tidak terlalu ramai hari ini. Sampai di Ampel Boyolali tepat di kanan jalan ada warung nasi Tumpang Mbok Nah...

hmmmm belum apa-apa udah ngiler duluan. Ada beberapa kombinasi lauk, boleh daging empal, koyor, ayam goreng, dan bahkan cingur.. Pilihan ku jatuh pada campuran koyor dan daging, dengan catatan, nasinya dikit ya Bu... Maka Sayuran diracik. Hanya daun pepaya rebus dan thokolan, diguyur dengan kuah tumpang. Kuah tumpang menjadi lekker karena memakai tempe bosok, santan, cabai. kemudia dilengkapi dengan capjai jowo, alias, tepung digoreng bulat, dan tempe bungkus tepung.. hmmm brunch yang lezat.
Siap lanjut jalan ke beberepa candi di Kalasan...

Rabu, 13 Mei 2009

The Hills - kerlip Semarang

Setelah lama tidak dating dengan my secret admirer (dan mungkin akan lama lagi baru bisa ngedate), maka semalam kami memutuskan menghabiskan malam dengan melihat kerlip kota semarang dari The Hills. The Hills adalah sebuat resto di daerah Bukit Sari Semarang atas.

Memasuki resto yang romantis ini, mata langsung disuguhi dengan patung perempuan sensual yang menawan, kemudian jalan masuk dihiasi dengan bunga Irian yang orange menjuntai dengan beberapa lampu gantung yang sinar redupnya mempesona...

Meja-meja di The Hills berhiaskan lilin dalam gelas mungil. Sebagai pembuka, saya memilih Longhorn 40 cm. sosis sapi yang ditaruh dibilah kayu ini, bisa dicocol dengan saus salsa ataupun mustard.

Pilihan makan kali ini adalah, Grilled Salmon, dengan mash potatoes, Spageti. Mmmm cita rasanya pas di mulut..


sebagai penutup, pilihanku adalah onde-onde kuah gula jawa. Onde-onde yang dalamnya berisi kacang tanah tumbuk halus (bukan kacang ijo), di taburi wijen putih dan hitam (bukan dibalut wijen), dan dituangi sedikit kinca. perpaduan yang enak...
suasana Resto ini cukup nyaman. di suatu sudut, relief patung-patung tertempel, ditimpa cahaya Bar yang kuning..memberikan sensasi tersediri. Meja-meja panjang dengan daun hijau di sekelilingnya, memberi suasana segar.


Dan yang pasti.. kerlip lampu kota semarang tampak jelas berpendar-pendar... hiruk-pikuk Semarang seakan teredam, dan hanya menyisakan keindahan malam Semarang


Senin, 04 Mei 2009

Puncak Gua Cerme


judul yang anehhhh...
ya aneh lah...masak gua ada puncaknya... harusnya kan puncak gunung bukan puncak gua. hahaha
cerita ini menceritakan sisa perjalanan sebelum dan sesudah maem pecel kembang turi kemarin.
Sebelum makan pecel, sbenarnya kami sempet singgah di Wukirsari untuk liat pengrajin wayang kulit. nah ketika jalan ke pasar dekat makam imogiri, di antara rerimbunan berbagai pohon kayu putih, ada satu makam yang indah. ternyata makam seniman yang digagas oleh Sapto Hudoyo, seniman besar Jogja. makam ini berdiri di bukit-bukit. dengan tangga banyak banget.....

Lengkung gerbangnya juga indah. banyak pohon besar di sana. sehingga sebagian orang menggunakan tangga itu untuk olah raga, dan sebagian lagi untuk pacaran. halah pacaran kok di makam... bukti kurangnya public space di Jogja.
Btw tidak mau kalah, lha wong pacaran aja boleh dan tidak kualat... maka kalo cuman potret di tangga makam pasti tidak papa lah...hahahhaa... narsis dot com nya keluar.

setelah puas melihat pemandangan dari puncak makam, maka bermobilah aku, Denies dan mbak Murti ke arah gua cerme.
dan ternyata sodara-sodara...gua cerme tuh tinggi banget. bener2 di puncak bukit. jalan berkelok-kelok. Mulai dari Irung Petruk sampai Irung Bagong ada semua. Para ibu, setiap kali teriak....ati-ati Ka..... mmmmhhh mereka nggak tau aku tuh sopir bis AKAP heheh..


sampai di puncak bukit. hawa sejuk langsung menyergap. suasan rimbun, akar pohon yang besar mengingatkanku pada Ta Prom Kamboja. ada ayunan buat anak2 di sana.

Di atas bukit itu mulut gua menganga... wow.... gelap dan lembap.. begitu kaki melangkah masuk gua.... air mulai terasa.... ahhaha... nggak mungkin motret kan...
Dan perjalanan dalam gua itu, pating jeglong.... jadi kadang air sedengkul, kadang se dada..
wow benar-benar menakjubkan..ternyata imogiri menyimpan banyak pesona

Minggu, 03 Mei 2009

Wedang uwuh dan Pecel Kembang Turi

Pernah mendengar sebutan wedang uwuh???
rasa penasaran inilah yang membawa kami berempat, Denies, Mbak Murti, Dito anak mbak Murti dan aku ke seberang makam raja-raja Imogiri hari Sabtu kemarin.
Jam 12 kami sampai di sana... masuk pertama disambut deretan kerupuk warna-warni...ihhhh enak kayaknya kalo digoreng.

Kemudian deretan bunga turi yang putih bersih dan tempe yang siap untuk digoreng menjanjikan kelesatan tersendiri. bunga turi ini rasanya agak2 pahit gimana gitu....

wow...si bapak begitu asyiknya mengiris-iris kecipir untuk pecel, dan si ibu sibuk mengulek lombok untuk sambel goreng...wuah-wuah...pedesnya langsung menyergap hidung..

karena kehausan dan kelaparan habis jalan jauh...biasalah jadi lapar mata. aku dan denies memesan es jeruk sekaligus wedang uwuh. kombinasi yang aneh karena rasa wedang uwuh tuh pedas dan panas. tapi biarlah...namanya juga maruk hehehe.. Wedang Uwuh adalah campuran semua rempah yang memiliki cita rasa pedas. Ada jahe segar, kulit secang, kayu manis, cengkeh, daun kayu manis, dan daun cengkih. warnanya merah, akibat kulit secang tadi... rasanya...bikin melek dan seger....

kemudian camilan pertama yang dicoba adalah Canguk...kacang benguk... aku juga baru tau kalo pohon kancang benguk itu merambat..bayangku kayak pohon kedelai...untung ada mbak murti yang ndeso pollll sehingga pengetahuannya luas. kata dia sih...pohonya merambat tapi besar. buahnya kayak kapri tapi hitam dan besar...nggilani pokoke.
kemudian kami ngambil maem pecel sendiri-sendiri... wow...denies dan mbak murti hebat juga porsinya...nasi pecel lengkap. bahkan denies mencoba lauk 3, tempe biasa, tahu dan tempe koro

aku memilih tanpa nasi, kemudian sayurannya adalah kenikir, bunga turi, kecipir dan thokolan, kuguyur sambel pecel tambah telur asin dan tempe koro... wow ini jos gandos bener....

mmmmmmhhhhh maem yukkkk