Senin, 17 Agustus 2009

Garut .... lekuknya bagai lekuk penari Jaipong

Aha...... selalu saja ada alasan untuk dolan.... Mau badan lagi remuk rendam, dolan tetep jadi alasan untuk refreshing [padahal pulangnya biasanya terus kerikan dan pijet karena kecapaian]
Kali ini Kampung Sampireun menjadi sasaran travelling kami berdua... ya...hanya berdua, karena berusaha membebaskan diri dari anak2 kadang tidak mudah [terutama akunya yang tidak tega ninggalin mereka. Jadi jam 4 pagi, meluncurlah si hitam, membelah kabut pagi. Perjalanan masih sepi, tidak banyak traffic jam. Sekitar jam 8.30, perut sudah tidak dapat kompromi lagi... Maka diputuskan untuk mampir di Rumah Makan Saluyu, di Banjar... Ini rumah makan nostalgia, karena waktu kecil, aku dan bapak-ibu selalu mampir sini bila ke Pangandaran.
Masakan sunda yang kental membuat lidahku bergoyang... Iso, leunca dan oncom, oseng-oseng pare...dan yang pasti lalapan, yang kayaknya daun2nan nya hanya ada di Sunda. Setelah perut kenyang, mulailah jalan mendaki dan berkelak-kelok...woww...seru.. Kami menyempatkan diri mampir ke situ Cangkuang...sayang tidak terawat. Tapi kok kami kehilangan jejak Candi Cangkuang ya? udah diubek nggak ketemu juga..
Dan.... akhirnya tibalah kami di Kampung Sampireun... suasana untungnya tidak rame banget. Masuk langsung disambut seruling sunda yang mengalun. Segelas bajigur hangat dan rengginang menjadi welcome drink siang itu. Pelayanan yang private, membuat seakan di rumah sendiri.
Dan oooo...indah banget cottage yang terapung di atas danau... kami harus memamkai sampan kecil untuk masuk ke rumah. Tempat tidur berkelambu, dinding dan lantai baru, hommy sekali.
Dan apalagi kalo bukan saatnya memanjakan diri dengan spa di Taman Sari royal heritage... pijatan si embak membuat ngantuk dan rasa lelah terhapus.
Setelah dandan agak kemayu dikit...maklum jarang2 bisa kemayu gitu, saatnya snack sore..
Snack hari ini adalah pisang rebus, jagung rebus, tahu isi, ketela pohong goreng, dan awug-awung. kenyang..... Maka haruslah muter2 biar bisa makan malam. Pilihannya adalah jalan ke hutan bambu kecil di sekeliling resort...Nah lumayan membuang kalori.
Saatnya makan malam.... musik sunda mengalun jernih. Menu yang aku pilih hari ini adalah Kambing guling dan Caramel Pudding.
Penataan meja yang cantik, makanan yang enak, dan gemulai penari Jaipong, membuat malam ini menjadi lengkap.
sebelum tidur ada tukang perahu yang berkeliling membawa semangkuk wedang sekoteng.... mmmm pengantar tidur yang enak..
Pagi harinya begitu membuka pintu kamar...sudah ada serabi hangat mengepul...aduhhh gendut bener nih.....
Dan sekarang saatnya jalan-jalan pagi dan berperahu sambil kasih makan ikan...
pagi ini jatahnya pulang lagi ke Jogja.. Sebelumnya aku mampir di Batik garutan... coraknya cukup beda dengan batik jogja solo. Warnanya muda dan lembut.
Sambil bermobil pulang, mampirlah di Situ Bagendit...waduhhhh jelek dan kotor ternyata.. ya sudahlah...jalan lagi... Menu makan siang kali ini jatuh di Rumah Makan Gentong, di Malangbong
Nasi timbel komplit, saking komplitnya ada jengkolnya...dan first time aku makan jengkol...hooooooo ababku-ababku.... hehehehe

Jumat, 07 Agustus 2009

Upacara Bepelas dan tari ganjur

Setelah beristirahat sejenak di hotel yang di pucuk bukit, malam Rabu lalu kami ingin menyaksikan Upacara Bepelas, yang dilangsungkan di Sitihinggil Kedaton Kutai Kartanegara ing Martapura.
ketika turun ke kota... jembatan Tenggarong menyala dengan indahnya.
Kemudian ketika kami sampai ke Museum Mulawarman, yaitu Kedaton tersebut, masyarakat telah banyak berkumpul. Mereka tidak dapat masuk, dan hanya menyaksikan pertunjukkan lewat Screen besar yang dipasang di depan istana. Upacara bepelas sendiri diadakan setiap malam selama 7 hari berturut-turut. dan kebetulan malam ini adalah malam ke tiga. Upacara ini dilakukan unutuk memuja raga dan sukma Sultan dari ujung kaki sampai ujung kepala agar tetap sehat.
wah sebenarnya agak frustasi juga...karena tidak bisa masuk. Untung mas awal berbaik hati, mendekati penjaga istana. Dia berkata, ini ada rombongan khusus dari jogja yang ingin meliput. apakah kami diperbolehkan masuk???dan akhirnya kami dapat masuk...ke ruang yang sangat besar tadi...beberapa foto bisa diambil dengan jelas..
Para pemangku adat Dayak tampak lebih banyak dari yang tadi siang.
Bahkan aku mendapat tawaran untuk memotret dari arah dalam. Sehingga aku harus melewati naga kayu yang besar, yang akan dilarung pada hari terakhir.. Naga itu berdiri dengan anggunnya.. warna hijau, merah kuning, sisiknya sangat meriah. dan konon sisik ini sangat diperebutkan oleh masyarakat. Sayang sekali aku tidak dapat memotretnya. beberapa kali diambil selalu gelap, dan tidak fokus. ketika sudah fokus, shutter tidak dapat diklik... entah kenapa...yang jelas sesaji dan dupa mengepul di bawahnya.
tari yang ditarikan dalam upacara ini adalah tari Ganjur. Tari ini menggunakan ganjur atau sejenis gada. Penari awam menari dengan senyum, karena mereka masih kikuk menarikannya.
Setelah putra Mahkota keluar... (hari ini Sultan tidak keluar..) maka upacara dimulai. Malam sudah makin larut, sekitar jam 9 malam. Putra Mahkota berjalan di atas kain kuning, tangan kanan memegang tali juwita, tangan kiri memegang kain cinde, menuju ke ayu.
Ketika kaki kanan putra mahkota menyentuh gong, maka suara meriam akan segera diperdengarkan dari seberang.
Upacara ini dilakukan 3 kali, karena ini adalah hari ketiga. Setelah upacara selesai, segera sang putra Mahkota meninggalkan sitihinggil untuk menuju ke dalam. Wah pengalaman yang tak terlupakan.
Malam ini kami menutupnya dengan makan ditepi sungai...menu utamanya selain ikan adalah Satai Rusa.... mmmmhhhh hari terakhir di Tenggarong yang penuh pesona