Jumat, 30 Desember 2011

Pantai Pacitan Luwih Wangun Katimbang Presiden Pacitan

Iki babar blas dudu provokasi apa meneh ngawur-ngawuran. Ini tenanan.... pacitan ki sakjane ora terkenal mergo presidenen, nanging nek dewe gelem mlaku mlaku nang pantaine... mesthi bakalan kagum. Lha piye ora??? Pantaine ki uapik tenan lo. Teksture werna werna... ana sing pasir putih jembar, ana sing akeh watune, ana sing iso dinggo surfing.



Isuk kuwi, aku karo metreks bojoku, numpak mobil meneh rada gasik, merga pingin nyusuri laut pacitan. Lha nek awan mengko pasti gosong kulitku sing wis njanges iki. Isuk kuwi saka madiun, dalan isih sepi. Aku lan bojoku memutuskan ora maem sarapan sik, merga duwe rong alternatif: Ayam Lodo utawa Nasi Thiwul. Saka Madiun nang pacitan butuh sekitar rong jam numpak mobil. Metu saka pacitan, warung Ayam Lodo wis ketok. Ning kok ketoke ora patiya sip yo?? Yo wis diputuskan nggo bablas ke Jalan Solo Pacita km 5. Dalan mulai rada munggah. Tekan sak durunge pelabuhan pacitan, kiwa dalan, warung nasi thiwul wis ketok.... lan... wowwww Tuna bakar, Gule rajungan dipadukan karo nasi Thiwul... uenak tenan. Sayurane rata-rata regane sewu rupiah.



Bar maem wareg, perjalanan diteruske... Mampir sedilit nang pelabuhan Pacitan... wahhh ning sepi... pas ora ana kapal merapat. Dadi ora ana gambar sing apik dinggo difoto. Yo wis bablas... menuju Pantai tamperan. Pantai Tamperan iki pantai sing bebatuane terangkat.... nang pinggire ana mercusuar cilik wernane abang. Aku lan metreks potret dilit... ora kalah gaya karo kethek kethek sing ana nang alas cedak pantai kuwi.



Okkkkeee... lanjut. Tujuan sakteruse 3 pantai: Pantai Srau, Watu Karung lan Klayar. Pantai Srau iki bentuk kaya tanjung, ombake gede. Ana beberapa Landa sing surfing nang kono. Nang tebing tebinge akeh wong sing dho mancing. Ombak sing gedi gedi.... jlegar jlegur.... Pasire putih... resik lan sepi.



Suasana Pantai Watu Karung yo ora beda adoh karo pantai Srau... termasuk daerah surfing. Sepanjang jalan nang desa Watu karung nelayan pada nggelar jaring, milihi iwak. Oya... dalan menuju pantai-pantai Pacitan ora patiya gampang lo... dadi butuh ketrampilan khusus dinggo mengemudi. Nah tujuan berikutnya adalah Pantai Klayar. Saka pantai Srau dan Watu karung isa.... tapi asyeeemmmmmm dalane marai deg degan tenan... munggah medun ora karuan... dalane cilik. Nek simpangan berarti kudu ngalah salah siji. Menurutku sih... luwih apik ambil jalan besar, lan ora neruske saka 2 pantai mau. Luwih apik lewat jalan besar, terus agi menggok ngiwa, utawa, saka arah wonogiri, belok kanan. Sing iki dijamin luwih aman dan nyaman.

Lha ning wis kebacut.... yo piye meneh.... disambi ndremimil muga muga ora kebanan... lha ora ana tambal ban blas je.... akhirnya kami sampai ke pantai yang luar biasa apike.... asli nek iki sedep tenan.



Sing ora ngerti mesthi di kira tanah Lot utawa pantai di Bali. Padahal iki di Pacitan lo bro... Pantai iki aku watu gede gede banget kaya obelix.



Keunikan liyane adalah... nek esuk nek pas surut... ombake ndlesep nang watu-watu kuwi mau. Ombake dadi nyuwara kaya sempritan... sambil muncrat kaya air mancur [air mancur kok muncrat... ra konsisten blas..]

Bareng wis puas.... yo njuk kukut lah... bali meneh nang nyogja.... Asliii nek iki bener-bener mengasyikkan. Pantai Pacitan memang luwih wangun katimbang presiden Pacitan.

Kamis, 29 Desember 2011

Istri Solekhah yang punya hidden agenda: Cemoro Sewu sehening Danau Ngebel

Ika: "Tak kancani tugas di Madiun mau?"

Metreks: "yo muuaaaauuuu buanget..."

Ika: "tapi syaratnya, besok pagi2 sekali kita cari matahari terbit di Cemoro sewu, kemudian sorenya kamu ngasih trainingnya dipercepat supaya kita bisa lihat sunset di danau, dan pagi harinya lagi berangkat jam 5 lagi, biar dapet blue sky and ocean... wokkee??"

Metreks: &^%$#%^&!!!!!

Itulah cara paling efektif mencuri perhatian kekasih hati, dengan bertindak menjadi istri yang solekah mau mengantarkan suaminya, namun sebetulanya ada hidden agenda. Dan itu lah yang membuat aku bisa yang-yangan untuk yang ke sekian kalinya. Jangan pernah membayangkan yang-yangan kami adalah bermesraan, sambil mendengarkan musik lembut, makan di atas tempat tidur dan belanja belanji ya.... Yang yangan dalam kamusku adalah memaksa Sumetreks untuk mau bermobil ria menyusuri jalan-jalan apik, dan bersedia menghentikan mobil di mana pun aku pingin potret... hahahah.

Maka pagi-pagi sekali jam 5 pagi, kami sudah berangkat dari Ibis Solo, menuju ke Tawangmangu.. jalanan masih begitu lengang. Beberapa mbok bakul tampak masih mengayuh sepedanya denagn lambat, menuju pasar-pasar tradisional. Bau harum nasi liwet terus menggoda indra penciumanku... Ayoooo nggak boleh mampir dulu kan mau cari sunrise di Cemorosewu.

Tapi nasib baik ternyata belum terlalu berpihak. Matahari terbit mak bedunduk sudah agak tinggi, maka aku tidak berhasil mendapatkan foto yang cantik. Tapi tak apalah. begitu mendaki Tawangmangu, pemandangan menjadi sedemikian menakjubkan. Daun-daun beraneka warna, gradasi gunung dari kejauhan yang diselimuti kabut... tidak lagi memerlukan kata untuk menjelaskannya.

Daun tusam, daun cemara menjulang seakan menyetuh gunung wilis di ujung yang lain. Perjalanan mulai menurun menuju ke arah magetan. Danau sarangan juga tampak membiru. Suasananya sedikit berbeda, karena di sekiling danau telah dipenuhi dengan hotel-hotel.

Matahari masih menunjukkan pukul 7.30 waktu itu. Kanan kiri jalan dipenuhi dengan batang-batang edelweis yang penuh dengan daun. Wah andai aku sempat melihat dia menguncup.... pasti putih Edelweis ini akan tampil memesona. Perjalanan terus menurun. Magetan adalah kota berikutnya sebelum madiun. Aku dan Metreks memutuskan untuk makan pagi dulu. Kami memilih warung makan jawa, yang menyajikan pecel, dan aneka jenang. Warung ini di tengah kota, di dekat pasar baru. Magetan kota kecil, sehingga tidaklah terlalu ramai. lalu lintas di pagi hari terasa sangat santai. Kami menikmati sarapan tidak terlalu bergegas. Masih cukup waktu sebelum kekasih hati harus kasih training di madiun.

Ok.... lanjut lagi. Ke Madiun tidak lah terlalu lama lagi. tinggal sekitar 45 menit. Sampai deh di Madiun... Masuk hotel Merdeka... kayaknya sih satu-satunya hotel besar di Madiun, dan terletak di pusat kota. Si Metreks langsung ke tempat training, dan aku langsung buka laptop untuk menyelesaikan laporan PHP PTS yang tertunda dan harus segera kirim.... Hahhaha lumayan juga... punya waktu sampai jam 4 untuk menyelesaikan laporan....

Theng.... jam 15.30... saatnya dolan lagi... Kali ini tujuannya adalah danau Ngebel. Danau Ngebel tidak terlalu jauh dari Madiun. Kita bisa mengambil arah ke Ponorogo, dan kemudian belok kiri. Danau ini letaknya cukup tinggi. Perjalanan mendaki walau tidak terlalu terjal. Dan yang menyenangkan adalah dusun dusun yang kami lalui... Seluruh dusun menanam pohon buah. Jadi suasananya amboi banget. Buah rambutan memerah di setiap halaman. Belum lagi melihat duren, apokat, nangka bergantungan... Betapa sejahteranya mereka. Sebagian menggelar hasil panenannya di sepanjang jalan.

Setelah mendaki dengan mobil cukup lama... maka sampailah kami di danau yang sangat tenang. Kawasan ini belum dikembangkan secara penuh. Jadi masih sangat alami. Beberapa pemancing... duduk diam di sekeliling danau... suasanannya sungguh hening.

Kami naik mobil mengelililngi danau. Danau ini tidak terlalu besar... tapi kalau jalan kaki lumayan capek juga pasti.. hahaha... Matahari mulai menyelinap, namun belum sunset. Air di danau berubah menjadi keperakan kadang keemasan...

Kami memutuskan untuk kembali ke Madiun lagi... tapi karena belum lihat sunset.. kami memutuskan untuk nongkrong di PLTA ngebel... yang kebetulan berada di puncak bukit, sambil menunggu matahari tenggelam. Kira-kira jam 18.15, langit mulai kuning merah...bayangannya menyentuh pucuk-pucuk kelapa... wow super...

Aku bersyukur... selalu dapat menikmati keindahan alam, hanya lewat permainan gradasi warna, hijaunya daun, suara angin.... tidak perlu ke mall dan belanja tas bermerek.... aduhhh luar biasa. Setelah mentari tenggelam, kembalilah kami. Mampir Ponorogo untuk jajan sate.. dan diakhiri dengan duren... wowwww.... nikmatnya ...

Solo Traveler ~ Hong Kong Fui

Note: Sebenarnya aku sudah siap dengan ekspektasi.... Ika ini hotel murah... so don't expect too much... tapi begitu masuk lorong yang ting crenthel sprei di jemur.... wowwww.... film silat cina bener nih....

Bangun Ka ... bangun.... itu alarm pertamaku di pagi buta..... masih lelah sbenarnya. Tapi pagi ini harus bersegera ke Bandara, untuk menuju ke Hong Kong. Petualangan yang lebih "mengerikan" karena back packer bener. Segera aku mandi air hangat, dan menuju ke resto untuk sarapan. Yaaaaaa amppppuuuunnnnn banyak banget orang di sini. Untek2an, dan tidak terlalu nyaman untuk maem. Sebagian besar ibu2 tuwir Taiwan... yang mbuh mau dolan kemana.

Maem seadanya dan langsung menuju ke Taoyuan Airport. Lega deh... masuk ke gerbang keberangkatan yang tertata manis banget. Kirinya adalah green wall penuh tanaman, kanannya adalah lukisan cina berisi puisi atau pepatah.. [halah sok teu gw]

Penerbangan pendek> hanya sekitar satu setengah atau dua jam menuju HKIA. Setelah beres urusan imigrasi yang jelas segera mencari counter untuk beli Octopus Card. Octopus card adalah kartu yang bisa digunakan untuk naik kendaraan apa pun kecuali taxi dan beli di convinience store. Setelah itu saatnya cari LEFT LUGGAGE di terminal 2. Karena aku males banget kalau harus bawa koperku. Jadi kali ini bener bener hanya bawa satu ransel biru aja. Simpel.

Karena ini back packer bener... maka aku mempersiapkan semua info dengan sebaik mungkin.

Aku milih bobo di Cosmic Guesthouse.. di deretan ruko Mirador Mansion, di Nathan Road. ALasannya

1. Deket dengan pusat kota

2. Bawahnya persis, cuman jalan beberapa langkah adalah Tsim Sha Tsui Terminal. Jadi numpak MTR gampang

3. Ora duwe duwit buat bayar hotel beneran hahah.

Maka aku memilih untuk naik bis dari Bandara ke Mirador. Ini pilihan tergampang dibanding naik MTR, karena harus pindah. Bis memerlukan waktu sekitar 50 menitan menuju Nathan Road. Aku turun di pemberhentian ke 13 dan langsung jalan dikit udah ketemu Mirador Mansion.

Masuklah ke deretan ruko itu, dan aku bertanya mana liftnya menuju ke lantai 14. Naik ke Lift dan mulailah aku tercengang.... hahahaha

Sebenarnya aku sudah siap dengan ekspektasi.... Ika ini hotel murah... so don't expect too much... tapi begitu masuk lorong yang ting crenthel sprei di jemur.... wowwww.... film silat cina bener nih....

Dan ketika melihat wcnya.... woww pantes banyak bule yang kesulitan mandi.... Sempitt

Dipanku 3 kilan setengah... nggak bisa ngglundang-ngglundung.

Untung aku memilih kamar yang berjendela. Dan Cosmis ini bersih sih, dan punya kunci elektronik pribadi. Jadi aman dan terkendali. hahahhaha... Toh cuman buat tidur.. jadi nggak masalah dong.

Okaaayyy lanjut jalan dong... mosok berkutat di kamar kecil hehe. Ok kita jalan. Sasaran pertama yang paling mungkin di hari sempit adalah Victoria Peak. Aku turun di TST station menuju ke station Central, exit J2 jalan dikit ke Peak Tram station. Siap2 naik tram ke Victoria peak. Antrean di tram cukup panjang. ada beberapa pilihan tiket, mau yang termasuk naik ke tower atau tidak. aku menggunakan octopusku. Nah ini dia tramnya.

Begitu sampai di Victoria Peak... maka segeralah aku naik di puncaknya. Untuk melihat pemandangan yang begitu indah

Setelah puas... aku berjalan-jalan dan belanja Hard Rock tentunya..

Ok... lanjutkan... sekarang pulang tetep dengan Tram. Tapi setelah sampai di Tram station aku pikir nggak asik deh kalau aku naik kereta lagi. Maka aku memutuskan untuk naik bis tingkat warna merah, menuju Pier untuk naik Feri.

Sepanjang perjalanan aku bisa melihat banyak TKW pada bergerombol. Mulai dari nyetel musik keras-keras, Cari kutu... hingga berciuman... Waduuuuhh TKW di Hongkong banyak sekali yang Lines... mereka santai saja berciuman di sana sini. Mereka bilang... habis kalau pacaran dengan laki2 india atau bangladesh diporotin melulu. Pacaran sesama jenis menjadi solusi tertepat.

Sesampai di pelabuhan segeralah naik feri.... keren juga.. pemandangan di tepian mejulang gedung-gedung tinggi.

Mendarat.. dan aku mulai menyusuri jalanan sepanjang harbour... wahhhh penuh dengan orang bergerombol, mengobrol, menghirup udara pantai. Di sana sini musik bergema. Dua hal yang menarik di Harbour adalah Jam besar dan patung yang kayaknya setiap kali berubah.

Sore itu aku habiskan dengan berjalan, sebelum kembali naik MTR menuju ke Ladies market. ladies market menjual banyakkkk banget barang. Kayak yang ada di mangga dua sih. Sialnya aku... aku tidak suka fake product... tapi untuk beli yang asli nggak punya uang... jadinya ya bagiku Ladies Market tidak terlalu menarik. Malam itu aku tidur nyenyak karena besok mau jalan lagi. Hari terakhir di Hong kong.

Bangun dengan badan yang segar, sarapan Siffon Cake coklat yang kemarin kubeli di 7 Eleven. dan segera cek out. Aku kembali ke TST station, dan naik menuju ke Lantau Island, atau Ngong Ping Village dimana ada Tallest bronze outdoor seated Budha. Aku naik MTR ke Tung Chung station, dan darisana naik cable car. Pertamanya ke Central dulu pakai jalur merah. Turun central ganti jalur kuning menuju stasiun tung chung. Disana naik cable car menuju lantau Island.

Cable car buka jam 10. ada cara lain yaitu pakai bis... tapi males belak beloknya. Banyak banget orang tua yang naik bis karena lebih murah. aku membayangkan bagaimana mereka akan naik 230 tangga ya menuju the Tallest Buddha?

Nah... Buddha ini memang besar banget. Di sekitarnya ada beberapa cafe yang nyaman untuk nongkrong. Para tua tadi, selalu berhenti di setiap patung pahlawan cina yang berdiri, dan mereka memberi sembah..... wah hebat banget.

Karena waktuku tidak banyak. Aku memanfaatkan seefisien mungkin untuk ambil foto dan maem jagung hahah.

Nah saatnya pulang. Kembali naik Cable Car, kemudian ke Tung Chung, naik jalur kuning kembali ke Tsing Yi statiun, lalu pindah jalur hijau berhenti di airport.

Berakhirlah petualangan hebohku.... wis...wis.... menyenangkan juga... cumannnn nggak bisa fotoooooo

Minggu, 18 Desember 2011

Solo traveler ~ pagoda tenang di puncak bukit

Perjalanan pun masih dilanjutkan

tujuan berikutnya adalah Pagoda yang sunyi di puncak bukit yang indah sekali

Dari pintu masuk pun sudah terlihat ketenangan yang tersembunyi. Bunga padma sebagai pintu gerbang. Puncak pagoda di kejauhan, dan Patung putih yang menjulang.

Tampaknya perlu usaha cukup keras nih buat mencapai ketinggian sana. Ada ratusan tangga yang harus dilewati... tapi tetep semangat dong....

Pintu gerbang pertama berwarna merah sudah memberikan kedamaian. Tidak tahu, suasana yang begitu hening menyiratkan perziarahan itu sendiri. Setelah melalui beberapa tangga dan memandang helai-helai daun yang mulai memerah

akhirnya kita menemukan papan petunjuk... ahhhhh aku memilih ke Patung Budha terbesar di Taiwan lebih dahulu. Maka perjalanan pun dilanjutkan.

Ketika menuju ke patung, kita melewati pagoda yang dari jalan tadi terlihat begitu kecil...

Okaayyyy taruh kamera dan berlari.... dan klik... jadilah foto ini...

Vihara yang tenang,

patung Budha yang tersenyum seolah menggapai langit

Setelah puas melihat-lihat maka saatnya makan siang. Makan siang kali ini di Silk Palace, hotel yang indah dengan layanan yang prima. Pohon-pohon meranggas di depannya memberikan warna yang berbeda

Makananan tentu saja enak... disajikan dalam 10 menu... khas model makan chinese.

Setelah makan aku menyempatkan diri berjalan jalan dan foto [tentu saja sendiri lah] di taman tadi..

ayo lariiii dan klik....

Perjalanan berikutnya adalah masih menyusuri sungai-sungai yang jernih. Ada satu jembatan gantung yang aduuuuhhh bergoyang di atas jurang... wah ini tantangan tersendiri nih.

Sehabis memacu adrenalin, maka saatnya ke pantai. Pantai yang begitu bersih, di pingginya banyak yang jualan ubi bakar dan jagung rebus. Trap-trap di pantai juga begitu indah. Beberapa sisi ada rumput yang menghijau...

Namun jangan lupa dengan angin yang begitu kencang dan suhu 13 derajat... wowwww ini pantai terdingin yang pernah kurasa...

Setelah puas mampir ke toko oleh-oleh.. maka perjalanan berakhir di stasiun., Aku kembali ke Taipei naik kereta.

Perjalanan yang memakan waktu dua setengah jam pun tidak terasa. Pemandangan yang indah membuat hatiku gembira...

Wowwww petuangan solo yang boleh juga. Haiiii tunggu dulu jangan salah. Ini belum berakhir. Aku harus mengambil koper ke Sheraton. Dan berangkat menuju Taoyuan. Kota dekat dengan airport.

Degradasi hotel pun dimulai. Kali ini hotelnya karena bayar sendiri pasti saja lebih kecil dari Sheraton. CIty Suites Gateaway Taoyuan. Aku mentup dengan makan malam bakpao dari 7 eleven, dan mulai tidur karena besok pagi pesawat jam 8 menuju Hongkong.

Nantikan aku di hongkong ya....

Solo Traveler ~ Taroko Gorge, Taiwan

Catatan:

Ini bukan orang solo dolan, tapi dolan sendirian

Aku mengalami degradasi hotel besar-besaran

Kerugian dolan sendirian..... nggak bisa narsis dan foto diri. Ada couple cowok2 ganteng dari Brazilia... dulunya kupikir aku bisa minta tolong foto ama dia... ehhhhh.. tau sendirikan couple?? emmmhhhh mesranya bikin aku nggak jadi minta tolong ahhaha

Kerugian nggak ngajak si Metreks... nggak ada yang dipeluk-peluk, dan kalau mau beli barang mahal ndadak sms sik [nek aku mundut itu, kelarangen ora yo?? ]

dan inilah ceritanya

Hari itu, setelah selesai acara di FJU, maka menjelmalah aku menjadi Ika yang sebenarnya hahah... yang jelas harus packing uthuk uthuk dan aku memilih pindah hotel, karena ora pareng menggunakan fasilitas kantor untuk kesenangan pribadi to??? hahaha

Jam 5 pagi aku check out dari Sheraton, dan menitipkan barang di concierge, dan berjanji akan ku ambil sekitar jam 8 malam nanti. Setelah menunggu sebentar, mobil jemputan dari travel agent datang. Kali ini aku mau ke Taroko Gorge, salah satu dari 7 wonder versi baru. Di mobil sudah ada couple dari amerika yang masih cukup muda.

Nah aku akan naik pesawat dari Domestik airport di Songsang, sekitar 30 menit dari Taipei. maka sarapan pagi itu adalah bakpao....

Pagi ini pesawat baling baling yang kecil membawa kami ke Hualien. Hualien adalah kota kecil sebelum perjalanan ke National Park Taroko Gorge. Meski kecil bandara Hualien sangat bersih. Dan di depan kami sudah disambut oleh Josephin tour guide kami yang kayak emak-emak cerewetnya.

Rombongan kecil kami semuanya terdiri dari couple, dan ada satu keluarga dengan anak kecil. Sebagian dari mereka adalah orang Amerika, Japan, dan satu couple dari Brazilia.

Taroko sendiri adalah bukit tebing marmer. Jalanan dibuat membelah batu-batu yang sangat besar. Jalanan sangat rapi. Aku hanya membayangkan bagaimana mereka bisa membuat tunnel-tunnel seperti ini yah???

Tebing-tebing besar dengan batuan indah dan sungai bening... sungguh memikat mataku.

Para couple di sebelahku terlihat sangat menikmati. Sebagian dari mereka sudah sepuh, sebagian lagi baru bulan madu nampaknya. Dan aku sendirian.... huaaaaa pingin dipeluk peluk...

Di dekat swallow groto kami berhenti untuk meminjam helm. Dan helm ini sangat bersih. Para petugas membersihkan terlebih dahulu sebelum dipakai orang lain.

Kenapa kok butuh helm? karena kadang ada gogrokan batu di tebing2 itu. Dan mungkin ini buat menambah sensasi aja... hebatnya mereka

Dan mirip Guilin, setiap batu punya cerita

ada batu mirip gajah, batu mirip apache, batu mirip buaya, hahahahah hebatnya promosi pariwisata.

Kami juga berhenti di eternal spring.... suatu kuil dengan air terjun yang begitu mempesona. Airnya mengalir begitu jernih.

Minum kopi di pinggir tebing, dengan spring water menjadi terasa sangat nikmat

Di sebuah tunnel, kami berhenti, untuk masuk ke lorong terlarang.... caileeeee terlarang... iya, karena si Josephin harus bernegosiasi dulu dengan petugas untuk masuk kesana, dan membuka pintu pagar yang keras... Dan pemandangan di belakangnya luar biasa indah

Menurutku ini piknik yang berbeda.... dunia menjadi begitu lambat ketika tebing marmer berjejer, dan gemercik air terjun ada dimana-mana.

Aku menyukainya....

[next... kuil Pagoda di puncak bukit]