Kamis, 30 Desember 2010

Sunrise Dolphin Adventure ~ Lovina Bali

Masih di Pantai Lovina, Singaraja Bali. Jam 4.30 [yang berarti jam 3.30 WIB]... alarmku berbunyi.... ngolet dan agak kriyip kriyip.... yaahhhhhh harus bangun deh... karena petualangan dengan lumba-lumba akan dimulai jam 6 pagi. Padahal ritual pagi harus dilakukan dulu... ahhaha supaya nyaman dolannya. Dan pagi ini aku janji dengan Aga untuk ke pantai lebih awal karena butuh ambil gambar untuk tugas film dia....

Setelah siap-siap... bergegaslah kami ke pantai. tidak jauh, karena hotel terletak di bibir pantai. Berjalan melintasi keheningan, melewati kolam renang dan sampailah di pasir hitam, yang telah ada beberapa perahu.

Para pengemudi perahu sudah mulai, memasang motor mereka, menunggu para pelancong yang ingin merasakan sensasi bertemu dengan lumba-lumba.

Pantai masih sepi... semalam hujan sangat deras... mudah2an pagi ini, matahari ramah bersinar, ombak tenang, sehingga petualangan dapat dilalui dengan sempurna.

Tepat jam 5.45, kami mulai menggunakan pelampung orange. Beberapa rombongan lainpun sibuk memasang pelampung masing-masing. Kami seperahu ber empat.... jadi nyaman sekali. Satu orang bayar 100 ribu rupiah... kupikir cukup pantaslah harganya untuk petualangan yang jarang ada. Perahu mulai melaju dengan tenang. Perahu-perahu lain pun juga melaju. Yang agak aneh adalah arahnya yang berbeda-beda satu dengan yang lain.. ada yang ke utara, ada yang sedikit utara barat, ada yang sedikit utara timur... aneh pikirku? dalam perjalanan kami menemu satu dua rumpon terapung di tengah laut. Dan kalau kita menengok ke sekeliling, dalam birunya pagi... wow begitu banyak perahu, dan orang berpelampung orange...

setelah berperahu sekitar 30 menit, aku melihat pengemudi di depanku mulai berdiri. Pengemudi perahu motorku juga berdiri, dan kadang mengulur benang pancing yang tampaknya berisi umpan untuk menarik sang lumba-lumba...

Dan tiba-tiba pak perahu berkata... "itu disebelah sana"... maka perahu pun segera melaju.... semua perahu bergerak dinamis ke arah yang sama sekarang...

dan...... muncullah mereka... segerombolan kecil... melompat-lompat dan menghilang...

perahu kembali sunyi... semua berpencar lagi...

dan ....... menggodalah lumba-lumba dengan muncul di sisi lain.... wah.... begitu menyenangkan...

petualangan berjalan hampir sekitar satu setengah jam.... sementara mentari sudah mulai tersenyum lebih lebar di atas.... sayangnya sangat sulit memotret lumba2 hitam di air laut yang pekat.....

kami sangat menikmatinya...

rasa puas, takjub dan gembira mengiringi kami pulang, dan sarapan pagi di pinggir kolam.... ummmmm indahnya pagi ini

Rabu, 29 Desember 2010

Singaraja Bali: menawan dan perawan

Setelah puas mencumbui danau-danau di lekuk gunung ... saatnya mulai perjalanan menurun menuju utara Bali... yup.. Singaraja adalah tujuan berikutnya. Pantai Lovina adalah pantai yang kami pilih untuk menghabiskan malam ini. Sebenarnya sih ada air terjun Gitgit yang menarik untuk dikunjungin... namun karena lagi malas jalan.. jadinya kami memutuskan langsung ke Lovina saja.

Pantai Lovina

Hotel yang kami pilih adalah Aneka Lovina.. hotel yang langsung bersentuhan dengan pantai. Kamar yang kami pilih memiliki connecting door dengan kamar anak2.. jadi pastinya malam ini dapat dilalui dengan asik, karena bisa saling ngobrol...

Hotel ini bentuknya memanjang. Kiri kanannya ada kamar-kamar... di tengah taman ada kolam pancur kecil dengan dolphin di tengahnya. Ya... Lovina memang terkenal dengan dolphinnya. Kamar dengan pintu bali yang khas.. Gembok didepan.. ukiran merah dipintu.. Dan.... kejutan... tempat tidur berkelambu, dengan bunga kamboja di atas tempat tidur.. upss terbayang malam romantis terjadi [hahahah ini impian... maklum setelah menyopir panjang, dan bangun pagi ke airport, sebelum misa natal sampai malam, akhirnya kami memilih tidur karena besok pagi2 harus mengejar lumba lumba].....

Singaraja di waktu malam

Setelah istirahat... kami memutuskan mencari makan... Nah.. ini kesulitan terbesarnya. Berbekal catatan, katanya ada daging yang disebut BEKJUK di jalan Gajahmada, daging sapi diolah nggak tau apa... udah muter kemana mana nggak ketemu... wahhhh nanya kemana mana malah pusing... karena petunjuk satu dan yang lain berbeda. akhirnya kami malam itu makan seadanya, di suatu pasar, dekat jembatan, makan siobak, daging babi dengan kuah kental.. nggak enak sih.. enakan siobaknya pasar pathuk atausemarang. Yang penting perut kenyang dan tidak masuk angin.

Terus karena belum ngantuk kami coba jalan ke pantai. Sebenarnya pengetahuan tentang kota ini minim sekali. Informasi di internet tidak banyak. Ndilalah.... kami menemukan daerah wisata rakyat yang cukup ramai di pantai singaraja. Di sana ada Kelenteng Ling Gwan Kiong, dan bangunan kuno beberapa. Lumayanlah, dari pada tidak ada sama sekali.

Klenteng Ling Gwan Kiong, adalah tempat ibadat Tridharma. Klenteng ini berada di bekas pelabuhan Buleleng. kelenteng Ling Gwan Kiong merupakan kelenteng tua dan dikeramatkan di Buleleng yang didirikan tahun1873 masehi. Dari prasasti yang terpasang di atas patung utama Yang Mulia Toa Kong Co Tan Hu Cin Jin terdapat tulisan Ling Yuen Kong dalam aksara Tinghoa yang membuktikan bahwa kelenteng megah itu dibangun tahun 1873 masehi. Nama Ling Gwan Kiong (bahasa Hokkian) bermakna Istana Sumber Sakti. Sejak berpuluh-puluh tahun lalu kelenteng berarsitektur Tiongkok itu dipakai sebagai tempat beribadat bagi masyarakat Tionghoa yang beragama Buddha Tridharma di Kabupaten Buleleng.

Setelah puas poto sana sini. maka kami memutuskan untuk pulang ke hotel... maklum besok pagi jam 5.30 waktu bali, alias jam 4.30 WIB harus sudah siap untuk melihat tarian lumba-lumba.... Malam ini aku bermimpi bertemu si lumba-lumba... [hahahha bondan prakosa banget...]

Beratan Lake and Twin Lake

Bali memiliki danau danau yang sangat indah....

dan kami sangat bergairah untuk menyusurinya. Dalam perjalanan keSingaraja, setidaknya ada tiga danau yang wajib disinggahi. Danau Beratanatau yang banyak dikenal sebagai Danau Bedugul, Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Dua danau terakhir ini adalah twin lake, karena benar2 bagai danau kembar, yang hanya terpisahkan oleh hutan kecil...

Danau Beratan

Setelah parkir di parkiran, sempet mampir ke toilet dengan bayar 2000 rupiah. Toiletnya relatif bersih kok. Kemudian, di sisi sebelah kiri ada pura.. dan kebetulan banyak orang sedang bersiap untuk melakukan upacara agama. Suara canang dan gamelan yang rancak mengiringi siang ini...

Pemandangan pertama yang tampak adalah Pura Ulun Danu Beratan. Pura megah yang bagai terapung di atas air. Pura ini dibingkai dari jauh pohon bambu... ummmm indah sekali.Di beberapa sudut orang memancing ikan... melempar joran, menikmati air yang berbisik... tenang...

Danau Buyan dan Tamblingan : The Twin Lake

Danau Buyan dan Tamblingan terletak tidak jauh dari danau Beratan... ada dua cara mencapainya. Pertama ada danau Buyan, yang bisa kita capai dengan membayar retribusi 2000 rupiah. Parkiran kecil di sekeliling danau. Danau ini ya benar-benar danau dalam arti tidak ada apa2nya. Beberapa orang memancing bersama pacar atau keluarga.

Pemandangan yang lebih indah bisa dilihat bila kita mengambil jalur yang lebih ke atas... dari atas pemandangan tampak lebih dahsyat.

Ada tempat pemberhentian dengan gazebo-gazebo yang bisa memandang langsung ke danau. Kopi bali gratis sangat lezat... dan ada banana goreng, pancake, kentang goreng.. membuat kami leyeh2 agak lama sambil klekaran dan ngobrol sana sini. Si eki menghabiskan waktunya untuk membaca novel yang di beli di bandara...

bila perjalanan dilanjutkan, maka kita sampai di ketinggian yang bisa memandang dua danau tersebut sekaligus...

Mimpi akan memiliki rumah di tepi danau, dengan dermaga dimana aku dapat mencemplungkan kakiku, semakin hangat di kepala... seandainya....

Selasa, 28 Desember 2010

bali kagak ade matinye

Liburan Natal kali ini, kami berempat menghabiskannya di Bali... [yah tentu saja setelah natalan dong]

namanya juga Bali kagak ade matinye.... sampai kapan pun bali tetap indah untuk dikunjungi...

Kok green christmas????

kok Natal Ijo....?????

hmmm... kami sengaja mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kami datangin. Tempat yang alamnya menyejukkan mata...[jadi tidak belanja oleh-oleh nih ceritanya... meski sedikit mampir di Discovery]

Bali selalu menawan

Ya makanannya

Ya pantainya

Ya hutan dan jalannya

Ya budayanya...

beberapa tulisan berikut ini [cie kayak wartawan..], semoga mengantarkan anda mencium kembali aroma Bali yang ngangenin

Slow Travel: Laut Turquoise

Ini masih lanjutan cerita slow travel yang lalu. Udah beberapa hari tersimpan di lappie, mau upload tidak tega, karena ibu pertiwi berduka. Namun... bagaimana pun, sang Ibu tetap memiliki keindahan.. semoga duka ini tidak lama. setelah berkunjung ke sungai di tengah gunung Karst... aku dan masra memutuskan untuk ke Sadeng. Laut yang tidak terlalu tenang, tempat penangkapan ikan besar di pantai selatan dan yang jelas memiliki air berwarna biru hijau turquoise.

Menuju ke Sadeng ada satu lembah indah yang ternyata adalah Sungai Bengawan Solo Purba. Sungai itu kini telah menjadi lembah pertanian yang indah.

Memasuki wilayah Sadeng.. mata begitu terpuaskan dengan hamparan air tenang di pinggir berwarna hijau.

Para nelayan yang guyup saling tolong satu dengan yang lain, tidak peduli tua maupun muda semua bergerak bersama.

Kebetulan saat itu sedang ada kapal yang mendarat dari Banyuwangi, dan mengangkut begitu banyak ikan segar...Kayanya Indonesia. Kami berdua hanya duduk di dermaga, menyaksikan semua keindahan tersebut

Perjalanan masih dengan lambat kami lanjutkan ke Wedi ombo... pantai yang berpasir begitu luas dan panjang... beberapa batu besar muncul di tengah pantai... ombak yang bergemuruh, langit yang mulai gelap tetap menyiratkan keindahan.

Hujan sore ini menyiram tubuh kami... kami pun berjalan menuju mobil dalam kuyup hujan. menikmati setiap tetes hujan, tanpa rasa takut masuk angin... emmmm.... slow travel yang benar-benar memberikan semangat baru..

Slow Travel : hutan jati dan karst

Sudah lama aku ingin melakukan slow travel. Slow travel? Yup.. kalau by definition, slow travel adalah travelling long distances over land and sea rather than by plane, especially because you are concerned about the environment or because you want to spend time enjoying the journey...

Pagi hari pas baca femina sambil P*p... [kebiasaan berjam-jam menghabiskan bacaan di toilet nih...] jadi tambah pingin lagi. Ya tentunya nggak mungkin travelling long distance to... jadi aku bilang ama Metreks: "Pak... sambil nunggu eki pulang lomba kimia, kita jalan yuk... tapi dengan undian koin mengenai arah ya..". Maka garuda untuk timur dan angka 500 untuk barat... Jadilah kami berjalan ke barat, tanpa tujuan sebenarnya. Hanya mau bermobil pelan, maksimal 60 km. Bila ketemu simpangan... ya tinggal milih kiri kana atau terus... karena nggak mungkin mundur kan?

Maka mobil membawa kami ke arah wonosari... emang sih nggak timur banget.. tapi kan brarti habis timur ke selatan heheh.... Menikmati hutan jati sepanjang jalan... Jangan dibayangkan gunungkidul gersang... sekarang dia sangat hijau dengan berbagai tanaman besar termasuk buah2an.

Nah karena belum sarapan, maka tujuan pertama adalah Mbah Jirak. Rumah makan sederhana di pinggir Sungai Jirak. Wah dengan nasi gogo merah yang mengepul, ditambah trancam, lodeh lombok ijo, iwak kali, oseng-oseng daun kates, iso, babat dan empal.... ini makanan mewah untuk brunch. Berdua kami menghabiskan 57ribu termasuk minum..

Ok.... perjalanan dilanjutkan. Keluar dari Mbah jirak, Kami melihat plang besar... Kalisuci... wisata khusus bukit karst.. Maka itu pilihan berikutnya... perjalanan tidak terlalu jauh dari mbah jirak.. hanya sekitar 7.5 km. Jalan yang bagus, dan suasana desa yang lengang sangat mengasikkan. Kiri kanan jalan, tidak lagi tandus. beberapa petani menanam jagung dan ketela... suasananya mengasikkan. Mata yang biasa penat dengan HP dan Laptop langsung menjadi benderang.

Hanya sekali bertanya akhirnya kami mendapatkan jalan masuk ke Kalisuci. Ingat ini bukan sesuatu yang harus diekspektasi indah... yang penting menikmati perjalanan, melihat warna yang beraneka, ngobrol ringan, ngemil, tanpa musik, mendengar suara alam... cukup untuk Slow travel hari ini.

Jalan masuk cukup terjal.... beberapakupu melintas indah... Ohhhh adabajing yang melompat sepanjang batang pohon kleresede, dan membuang jambu monyet yang dia makan. Suara burung dan suara air deras di bawah membuat luar biasa hari ini.

Sungai mengalir cukup deras di tengah bukit kapur. Mungkin karena musim hujan ya... Ada seorang ibu yang sedang mencuci dan mandi.. Ada rasa syukur dalam hati... hidup di jogja, yang tida mengharuskan aku berjalan jauh mencari air... bayangkan kehidupan ini setiap hari, naik turun gunung kapur demi air....

Sungai yang mengalir deras terlihat melintasi gua... Sayangnya kami tidak boleh masuk ke gua tersebut tanpa pemandu... dan sayangnya lagi... si pemandu sedang ke tegalan... jadi ya sudahlah.... kami nikmati apa yang ada...Sambil duduk di atas batu sungai.. berbicara dengan kekasih hati tentang pilihan2 hidup, tentang teman2, tentang cinta itu sendiri...

Dalam kelembutan senyum Sang Buddha ~ Borobudur Temple

Suatu sore, saya dan dia memutuskan untuk berangkat kerja di Jogja dari Magelang. Maka sore itu melajulah kami dari Semarang, nginep diMagelang, baru paginya beranjak ke Jogja. Pilihan kami menghabiskan malam dan pagi adalah hotel di sekitar Borobudur. Ini kesempatan langka, karena hari ini Borobudur di buka pertama kalinya setelah letusan merapi

Hotel Manohara menjadi pilihan yang tepat, karena hotel ini terletak di halaman candi, dan memiliki sunrise trip. Temaram lampu memberikan suasana romantis di sekitar hotel. Hotel yang senyap karena hanya ada 5 kamar yang dihuni, oleh tamu2 asing.

Jam 04.30 WIB...kami berdua bergegas bangun... perjalanan segera dimulai.. dengan berbekal senter kecil dari Hotel, dan diantar seorang pemandu, kami menyusuri jalan menuju candi. Lengang... sepi...

Dini hari ini berawan... [dalam hati aku nyenyuwun, supaya tidak hujan, sehingga bisa melihat semburat merah di ufuk timur].

Kabut bergerak perlahan di lekuk bukit yang mengelilingi Borobudur.

Di ujung selatan timur, Fajar menyiratkan warna jingga, tidak sampai merah, karena sinarnya terhalang mendung

Sunyi...

sepi...

Sang Buddha tersenyum hening dalam wajah welas asihnya

Tidak banyak berkata, aku menikmati semua gerak alam, semua aliran udara.

Ada cinta yang terhembus lembut

Dan embun bunga rumput ... di bawah sana.. melengkapi pagi heningku di Borobudur