Jumat, 16 Mei 2008

opor entog

pulang dari semarang ke jogja
satu minggu (bisa lebih) dari sekali
tidak selamanya bete, namun juga tidak selamanya menyenangkan
kalo ati lagi seneng... ya asik aja jalan jadi raja jalanan
sambil nyetir jazz itemku, sambil dengerin musik, tau2 2,5 jam sampai
tapi kalo lagi suntuk... ya lama banget rasanya

selasa kemarin ketika pulang
ada rasa sepi
perut juga menangis, karena belum terisi..
mampirlah aku di daerah Digelan (tidak usah di cari di peta, wong ga ada)
dekat tempat agrowisata soropadan
rumah makan kecil, sederhana, lebih banyak sopir truk yang mandek.
namanya eco sekeco.
menunya Opor entog.... mmmm
ada opor, dan ada digoreng. entognya empuk dan tidak amis....
nasi ambil dewe...
dan ini asikknya... menggugah selera banget...
ada lalapan daun pepaya dan daun singkong rebus
masih ijo seger...
dipadu dengan sambal korek ijo... emmmm pedesnya mantep
tapi yang paling asik campuran sambel tumpang
sambel tumpang ini dibuat dari santan, dimasak dengan tempe bosok, dan bumbu2 yang super komplit
jadi lintrek-lintrek.... yummmmyyy puooolllll
mmmm.... murah meriah...

setelah memanjakan perut, pulang ke jogja, tapeku menyenandungkan ringan dan sendu lagunya yovie n nuno..... (kalo aku bisa menjaga hati.... kenapa kamu tidak?)

masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah pertanda
cinta tak di sini lagi
kau tlah berpaling

reff:
biarkan aku menjaga perasaan ini, ohh
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi, aku takkan pergi
kau menjaga, aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meski ku lihat kini
kau di seberang sana

andai akhirnya

kau tak juga kembali
aku tetap sendiri
menjaga hati

repeat reff [3x]

sejujurnya diriku masih mengharapkanmu

4 komentar:

Anonim mengatakan...

boleh aja 'kelas' supir truk....tp warungnya keliatan resik dan nyaman, panganane kok yo ....wees.......uenak tenan kayake.....

retnanda mengatakan...

percaya ndak mbak ika..
baca postingannya, membawa saya ke ingatan masa kecil saya.
Saya ingat sekali, saat itu saya kelas 4 atau 5 sd. Pas lebaran, karena ibu tidak bisa membuat opor ayam, maka dengan prihatin ibu saya memasak opor mentog untuk lebaran kali itu.
Sedih ya? Lebaran kan identik dengan opor ayam... ini.. opor mentog...
Saya tahu ibu tidak punya uang lebih untuk memasak opor ayam... namun.. tetep saja, ternyata ndak ada bedanya opor mentog dengan opor ayam... heheheh.. kepaksa kali.
Jadi inget "mentog.. mentog.. tak kandani..mung rupamu.. etc.."

Jadi terharu deh inget perjuangan ibu untuk membuat lebaran jadi tetep berwarna "opor"....

ika rahutami mengatakan...

@mbak endang dan retnanda... aku kemarin baca sungguh2 terjadinya KR (ingat koran ini ga?) dan ternyata di daerah after magelang, entog emang top bgt. dan yang paling digemari adalah..... (sori) upil entog... jijjjjjjj... emang entog punya hidung?

Anonim mengatakan...

huaahh..laapaaarr..kok gambar ma'emane apik yo..kuwi daerah ngendi tho?kok sambel tumpange membuat lidah bergoyang..