Kamboja tanpa melihat Angkor Wat rasanya tidak lengkap. Dari Phnom Penh ada tiga pilihan untuk ke Siem Reap. Yang pertama adalah naik Montor Mebur… tapi mahal hampir $100, yang kedua naik bus dengan tarif $11 atau naik, boat dengan tarif $35. maka untuk berangkatnya aku memutuskan naik boat. Ya kantong peneliti jelas tidak memungkinkan buat naik montor mebur tadi… hehehhe…
Pagi-pagi keluar dari Vila Langka, di jemput Mr. Pak.. menuju ke River Side. Di sana sudah berjejer kapal.. dan hasil bookinganku adalah Royal (uis…. Pasti kayak naik kapal raja-raja) ehhhh… ternyata tidak. Kapalnya kecil, bersih sih… dan ber ac di dalamnya. Dengan $35 ini kita tidak mendapat apa pun, dia cuman menawarkan jasa tambahan menelponkan tutuk untuk menjemput setelah tiba di Siem Reap untuk mengantar ke hotel.
Karena perjalanan akan ditempuh dalam 5 jam, maka pasti haus dan laper nih kejadiannya. Aku menyempatkan beli apel sedikit, nasi goreng dan air minum. Paling tidak biar tidak masuk angin.
Ketika naik, ternyata, ruang dalam kosong blong… wooo ternyata semua turis udah menduduki dek atas, dan tinggal sedikit yang tersisa di depan kapal. Wah bakalan nggak asik nih kalo tetep di dalem. Mangkanya aku buru-buru ke depan, ngecup tempat supaya tidak ditempati orang lain. Biarin deh sunbathing, mudah-mudahan tidak tambah gosong, wong udah terlanjur item tuntheng.
Kapal mulai berjalan, pertamanya sih pelan. Habis itu….. ternyata ngebut tenan. Bareng tak pikir-pikir (kayak gepengnya srimulat hehehe) lha iya, lha wong jarak 300 km ditempuh dalam waktu 5 jam, kalo buat kapal kan cukup ngebut. Jadi angin betul-betul sembribit. Padahal sinar matahari menyorot..
Tapi aku bener-bener enjoy. Dan bergaya kayak turis lainnya, aku ngglesot di dek kapal, pake kacamata item, dan tiduran…. Walah Ka….ka..
Sepanjang sisi sungai, ada 2 hal yang dominan, rumah kumuh penduduk dan pagoda yang beterbaran di mana-mana. Birunya langit di atas sungai Mekong, tenangnya air, membuat ati ini juga ayem. Tapi tetep ada yang hilang. If you were here hun…
Ternyata setengah perjalanan tidak lagi menyusur sungai Mekong. Setengah perjalanan adalah melintas Great Lake, danau yang sangat amat besar. Mendekati Siem Reap, rumah perahu semakin banyak. Kemiskinan semakin nyata. Sebagian besar mereka tidur dalam hammock,berjualan dari perahu, dan kayaknya sanitasinya amat buruk.
Sesampai di dermaga kapal, sekitar jam 2 siang suasana panas banget, kering dan kotor. Jangan bayangkan aspal ada di dermaga Siem Reap… puluhan tuktuk driver berebut penumpang, puluhan asongan menawarkan jajanan, dan puluhan pengemis menjulurkan tangan. Untung aku udah pesen, dan terlihat seseorang membawa kertas, dan berteriak-teriak Ika….Ika.. wah ini dia pengganti Mr. Pak, dia adalah Mr. Botum.
Perjalanan sepanjang pagi siang ini, menyisakan pertanyaan, butuh satu sistem yang kuat, konsisten dan looking forward untuk mengatasi kemiskinan. Dan inilah jatah kita untuk berkarya bagi Indonesia, tidak lagi menggantungkan pada pengambil keputusan negeri yang semakin tidak jelas (jadi sangat iri, ketika ekonom senior Singapura, dalam workshop kemarin menunjuk peneliti Vietnam dan berkata, Vietnam learn fast from us… dan Vietnam sekarang lebih digemari investor dibanding Indonesia, dan pertumbuhannya jauh lebih cepat dibanding kita)
3 komentar:
asyik banget..kamboja..wuihhhh
kamboja ???
orang orangnya ngga jauh beda ama kita ya nekk...
tapi indah juga kelihatannya
hehehe...
iya.. jangan salah mbak ika..
tinggalan tulis kita juga banyak sekali..
hanya... arkeolog kita lebih senang sharing antar arkeolog aja.. tidak bersama publik..
jadi. yang tahu ya cuma mereka...
...
jadi yang dipublish besar besaran cuma borobudur, prambanan, mendut ..
pdh.. so many temple here in Indonesia yang memiliki banyak cerita mbak.. cuma ya itu tadi.. datanya cuma ada pada balai balai arkeologi or peneliti2.
Saya pernah protes kepada para arkeolog.. mengapa.. masyarakat awam sptnya jauh banget untuk bisa akses data data arkeologi yang bisa membuat kita lebih mencintai dan memelihara dan lebih aware pada tinggalan tinggalan sejarah yang ada....
situs trowulan. sebenarnya bisa jadi daya tarik turis... lebih besar... karena areanya yang luas dan tinggalannya yang cukup akurat maknanya..
dapat disambung dengan situs situs terkait dengan situs trowulan..
banyak candi yang kait mengkait di jawa timur sana..
turis mau jalan beberapa hari juga bisa...kalau kita bisa menjual daya tariknya...
hhhh..
sedih.. kalau lihat orang Indonesia semakin tertinggal jauh dari vietnam dan kamboja...
sudah dilindas.. malaysia.. mosok iya mau dikalahkan oleh vietnam dan kamboja pula..
ALAMAK!!!!
Posting Komentar