Sabtu, 23 Agustus 2008

jakal dan virus hepatitis A

Jogja lagi gonjang-ganjing nih.
hasil penelitian Fakultas Kedokteran UGM menyatakan bahwa Virus hepatitis A lagi mewabah di sekitar kampus UGM
wadohhhh... promosi yang buruk banget apalagi berbarengan dengan masuknya mahasiswa baru
penyebarannya lebih banyak terjadi sepanjang JAKAL, jalan kaliurang, terutama di sekitar fakultas-fakultas kedokteran, teknik, dan geografi.

emang sih sepanjang JAKAL itu trek jentrek warung tenda dan lesehan..
yang tahu sendirilah kita, cara mencuci piring dan peralatannya sangat jauh dari higienis
celup-celup dan selesai.
tempat celupnya pun.... wuidiiiihhhhhh berminyak pol dan kotor
tapi ya gimana lagi... itu tempat yang paling mudah cari maem yang murah dan beragam...
UGM sendiri sedang berpikir untuk melakukan vaksinasi. tapi biayanya mahal @Rp 250ribu, dan cuman untuk 6 bulan. kalo mau menunggu kebal secara masal... yo repot juga sebetulnya...

wahhhh sekarang jadi ikutan pusing nih... mau maem dimana?
mosok harus bawa piring dan gelas sendiri.
dan gak berani lagi jajan tukan bakso dorongan, yang konon, mencucinya tanpa sabun
karena takut bau sabun melekat di mangkok...
wis pie jal.... mosok harus sangu tiap hari...

(kemarin jadi batal jajan SGPC karena ada temen yang jadi parno. Malemnya pas nongkrong dengan temen2 Unika di soto lamongan, ada yang nyeletuk, "wah kalo kena hepatitis pie?", aku bilang, "daerah hepatitis di JAkal, ini jauh dari sana...". temenku bilang lagi: "lha kalo konsumen yang udah kena hepatitis juga menghindari jakal dan pindah kesini pie?"..... gubraaaakkkkkk &^%$#*... lha ra rampung-rampung no....)

Rabu, 20 Agustus 2008

rokok = sengsu??

kemarin temen2ku heboh membicarakan bila rokok benar-benar difatwakan haram oleh MUI
waduh... rokok nggak beda dengan sengsu dong... sebagian besar teman bicara gitu..
heheh.. aku sih nggak tahu dalil agamanya
namun kalo alasannya karena mudaratnya jauh lebih banyak dari manpangaatnya
ya nanti jeroan bisa jadi haram juga dong.
jeroan ki yo ora kalah galak dibandingkan dengan rokok lo...

aku sih seneng2 aja bila dunia tanpa asap rokok
tapi apa penyelesaiannya harus lewat fatwa agama???
wah... yo mbuh.... yo.....

Selasa, 19 Agustus 2008

mengenai negeri, mengenai anomali

Menikmati liburan tidak selalu menghasilkan suatu cecapan kegembiraanDan liburan long wikenku kemarin justru menimbulkan haus tanyaMengenai negeri ini,
Mengenai anomali yang terjadi

Memasuki Bandung, aku lebih banyak mencium aroma artifisial

Ketika bertemu dengan begitu banyak cahaya
Ketika melihat kota yang semrawut dengan berbagai kendaraan, dan motor yang seakan tidak memiliki etika dan hanya berhelm ciduk
Ketika menjumpa para lalu lalang menenteng tas penuh
Bukan salah mereka, mereka tetap penggerak ekonomi kita
Tapi ada tanya yang lebih dalam, inikah yang sejati?

Ketika paginya melintas ke Ciwidey, yang akhirnya gagal aku kunjungi akibat kecegat pawai

Tapi justru menyiratkan sesuatu yang lama hilang
Pawai sederhana, tidak seperti Jember Fest, tidak juga Solo Batik Carnival
Tidak ada sponsor, hanya ada meriam bumbung yang ditenteng-tenteng
Tapi lihat gairah mereka, antusiasme dalam mengisi merdeka
Tapi lihat barang yang mereka gunakan, ya itulah yang mereka punya
Lihat mimik mereka.... serasa inilah sejati yang ada...

Dan ketika esok harinya lagi mencapai Pangandaran

Yang berjubuel manusia, yang masih saja membuang sampah tanpa peduli
Padahal di sisi lain, pelaut menggotong perahu, dan nelayan tertidur kelelahan..
Aku hanya berpikir... pada bagian mana aku?
Apakah aku telah memiliki peran sedikit bukan Indonesia?

Aku justru teringat anakku, si pemula film indieYang pada hari kebangkitan nasional lalu diminta untuk bicara di depan sejumlah mahasiswa (padahal dia baru SMA kelas 1).
Dia diminta memutarkan filmnya yang berjudul ”tak berbalas” sebuah film tentang suratnya ke SBY yang tak juga dibalas, padahal berisi kegelisahan dia tentang Indonesia,
Dalam forum itu dia diminta untuk bicara bagaimana mengisi kemerdekaan.
Dan dengan simpel dia berkata (aku tidak tahu kenapa, tapi ketika dia berada di forum itu, dia memiliki insting bahwa sebenarnya yang mengundang adalah anak2 PRD) :
”Menurutku mengisi kemerdekaan itu harus dari hati, ya cukup lakukan apa yang aku bisa. Kalo aku lagi senang bikin film Indie.. ya aku akan mencoba memberi nilai pada film saya dengan semangat cinta tanah air. Jadi menurutku tidak ada gunanya kalau kalian hanya berteriak-teriak tentang tidak becusnya pemerintah, padahal kalian sendiri tidak memiliki solusi. Lebih baik berkaryalah... karena dari hal kecil kita bisa membuat Indonesia menjadi besar”..

Ya tampaknya itulah yang lebih sejati...
(btw... aku jadi lebih hati2 nih njagain dia... karena nampaknya para prd itu cukup terpesona dengan pikiran anakku... waduuuhhhh.... !!!!)


Rabu, 06 Agustus 2008

Cambodia – romantisme Angkor yang eksotis

Jam 2 siang, terik panas tidak menghilangkan semangatku untuk segera menjelajah Siem Reap. Bagaimana tidak, aku cuman punya satu siang ini untuk ke Angkor Wat. Sangat ingin rasanya melihat Angkor Wat dari dekat. Besok pagi aku udah harus balik lagi ke Phnom Penh dan kembali ke tanah air tercinta.

Maka setelah meletakkan barang di hotel, meluncurlah aku dengan tutuk Mr. Botum ke Angkor. Kota Siem Reap sangat berbeda dengan Phnom Penh, semua lebih tertata rapi, tidak terlalu berdebu, dan sepanjang jalan berdiri banyak sekali hotel dengan bergai kualitas. Serasa jalan2 di Sanur dan Kuta.. Turis juga berseliweran di sana sini dan banyak yang menggunakan sepeda.

Tapi tampaknya aku kurang search mengenai Angkor, sehingga tidak dapat memutuskan pilihan dengan tepat ke candi mana yang paling asik. Maka dengan tiket 30$, ini tiket hanya berlaku hari itu sampai jam 5.30 sore, sehingga kalo mau liat angkor malam harus bayar lagi $20. di sana emang disediain berbagai paket. Ada paket 3 hari dan 7 hari. Jadi bisa dibayangkan betapa luasnya situs ini, karena dalam 7 hari pun, orang dianggap masih bisa menikmati.

Masuk pertama ke kawasan Angkor.. danau yang tenang telah menyambut… air yang jernih keperakan, membuat suasana sangat nyaman. Beberapa anak kecil tampak bermain air dengan keceriaan khas anak.


Nah Candi yang dikunjungi pertama adalah Bayon. Jadi ini pucuk berupa arca bermuka 4, yang menghadap ke penjuru arah mata angin. Hampir seluruh candi di kompleks Angkor belum di restorasi. Jadi batu berjempalikan di sana sini. Menurutku candi Bayon ini gagah.. pucuk-pucuk yang menjulang dan di terpa sinar matahari, sangat kontras dengan langit biru. Konon candi ini merupakan southern library, bayangin aja pada jaman segitu ada library yang tertata dengan begitu besarnya. (ini yang kadang membuat kita menjadi tertinggal, orang Indonesia lebih suka dengan bahasa lisan dibanding dengan bahasa tulis, sehingga kita susah melacak, mencatat, dan mengembangkan apa yang telah dilakukan sebelumnya)

Setelah melihat Bayon… maka ingatanku terbang ke Angelina Jolie dalam Film Tomb Raider… kayaknya ada satu pohon besar di atas candi deh… tapi di candi yang mana ya? Maka setelah hunting informasi, aku tahu bahwa itu di Ta Prohm…yang jaraknya 7 km dari Bayon. Segeralah Mr. Botum, mengebut ke sana.

Jalanan semakin asik, karena memasuki kawasan hutan yang masih lebat. Siang ini habis hujan, sehingga lembabnya bau tanah (bau yang sangat aku suka) masih menyeruak di antara bau-bau yang lain. Jalan masuk ke Ta Prohm membelah hutan yang dilalui dengan berjalan kaki. Tanah beberapa becek dan ada jembatan-jembatan kayu yang bisa digunakan. Pemandangan lebih eksotis. Candi-candi yang berserakan beberapa dibelit oleh akar yang sangat besar. Wah kalo direstorasi pasti akan menghilangkan akar itu. Dan berarti hilang juga kekhasan daerah itu. Jalan-jalan di dalam candi dengan sinar matahari yang masuk kecil memberikan eksotisme tersendiri di kawasan itu.

Setelah puas di Ta Prohm, maka bergegaslah aku ke Angkor Wat agar bisa melihat sunset. Angkor wat ini besar sekali, dan dikelilingi danau. Jadi kita seakan harus melintas jembatan panjang untuk sampai kesana. Candi ini adalah candi hindu, yang pernah kemudian pada satu masa dipakai sebagai vihara kaum Budha, sebelum akhirnya dihancurkan oleh Khmer Rouge dan akhirnya kembali ke situs Hindu lagi. Sisi kiri candi dipenuhi oleh relief Ramayana, sedangkan sisi kanannya dipenuhi oleh relief Mahabarata. Dan satu ruang yang memiliki akustik bagus, dan ini biasanya digunakan oleh raja untuk berpidato. Kalo kita berdiri diruang itu dan menepuk dada kita, maka akan terdengar gema di mana-mana.

Sore yang sepi, ketika lampu-lampu candi mulai menyala, aku habiskan pula dalam keheningan. Hening seluruh raga, hening seluruh batin, hening seluruh pikir. Mencoba menjalin dan menyerap energi kejernihan yang terpancar dari batu-batu bisu ini. Romantisme, eksotisme, namun lebih-lebih jiwa yang wening terpancar dari semua sudut.

Ada satu yang menyeru-menyeru di ujung sepi hati : Andai kamu ada di sini cinta…

Selasa, 05 Agustus 2008

cambodia - menyusur Mekong River

Kamboja tanpa melihat Angkor Wat rasanya tidak lengkap. Dari Phnom Penh ada tiga pilihan untuk ke Siem Reap. Yang pertama adalah naik Montor Mebur… tapi mahal hampir $100, yang kedua naik bus dengan tarif $11 atau naik, boat dengan tarif $35. maka untuk berangkatnya aku memutuskan naik boat. Ya kantong peneliti jelas tidak memungkinkan buat naik montor mebur tadi… hehehhe…

Pagi-pagi keluar dari Vila Langka, di jemput Mr. Pak.. menuju ke River Side. Di sana sudah berjejer kapal.. dan hasil bookinganku adalah Royal (uis…. Pasti kayak naik kapal raja-raja) ehhhh… ternyata tidak. Kapalnya kecil, bersih sih… dan ber ac di dalamnya. Dengan $35 ini kita tidak mendapat apa pun, dia cuman menawarkan jasa tambahan menelponkan tutuk untuk menjemput setelah tiba di Siem Reap untuk mengantar ke hotel.

Karena perjalanan akan ditempuh dalam 5 jam, maka pasti haus dan laper nih kejadiannya. Aku menyempatkan beli apel sedikit, nasi goreng dan air minum. Paling tidak biar tidak masuk angin.

Ketika naik, ternyata, ruang dalam kosong blong… wooo ternyata semua turis udah menduduki dek atas, dan tinggal sedikit yang tersisa di depan kapal. Wah bakalan nggak asik nih kalo tetep di dalem. Mangkanya aku buru-buru ke depan, ngecup tempat supaya tidak ditempati orang lain. Biarin deh sunbathing, mudah-mudahan tidak tambah gosong, wong udah terlanjur item tuntheng.

Kapal mulai berjalan, pertamanya sih pelan. Habis itu….. ternyata ngebut tenan. Bareng tak pikir-pikir (kayak gepengnya srimulat hehehe) lha iya, lha wong jarak 300 km ditempuh dalam waktu 5 jam, kalo buat kapal kan cukup ngebut. Jadi angin betul-betul sembribit. Padahal sinar matahari menyorot..

Tapi aku bener-bener enjoy. Dan bergaya kayak turis lainnya, aku ngglesot di dek kapal, pake kacamata item, dan tiduran…. Walah Ka….ka..

Sepanjang sisi sungai, ada 2 hal yang dominan, rumah kumuh penduduk dan pagoda yang beterbaran di mana-mana. Birunya langit di atas sungai Mekong, tenangnya air, membuat ati ini juga ayem. Tapi tetep ada yang hilang. If you were here hun…

Ternyata setengah perjalanan tidak lagi menyusur sungai Mekong. Setengah perjalanan adalah melintas Great Lake, danau yang sangat amat besar. Mendekati Siem Reap, rumah perahu semakin banyak. Kemiskinan semakin nyata. Sebagian besar mereka tidur dalam hammock,berjualan dari perahu, dan kayaknya sanitasinya amat buruk.

Sesampai di dermaga kapal, sekitar jam 2 siang suasana panas banget, kering dan kotor. Jangan bayangkan aspal ada di dermaga Siem Reap… puluhan tuktuk driver berebut penumpang, puluhan asongan menawarkan jajanan, dan puluhan pengemis menjulurkan tangan. Untung aku udah pesen, dan terlihat seseorang membawa kertas, dan berteriak-teriak Ika….Ika.. wah ini dia pengganti Mr. Pak, dia adalah Mr. Botum.

Perjalanan sepanjang pagi siang ini, menyisakan pertanyaan, butuh satu sistem yang kuat, konsisten dan looking forward untuk mengatasi kemiskinan. Dan inilah jatah kita untuk berkarya bagi Indonesia, tidak lagi menggantungkan pada pengambil keputusan negeri yang semakin tidak jelas (jadi sangat iri, ketika ekonom senior Singapura, dalam workshop kemarin menunjuk peneliti Vietnam dan berkata, Vietnam learn fast from us… dan Vietnam sekarang lebih digemari investor dibanding Indonesia, dan pertumbuhannya jauh lebih cepat dibanding kita)

Cambodia – genocide museum

Hari ke dua di Kamboja… sengaja aku mengunjungi Tuol Sleng Museum dan Killing field (15 km dari Phnom Penh). Tuol Sleng Museum adalah tempat interogasi para tahanan Khmer Rouge dan Killing Field adalah lahan pembantaiannya. Ada banyak derita dan air mata yang terekam di sana. Tengkukku dan kaki terasa sangat panas dan berat. Mungkin karena aura kematian yang begitu mencekam.

Tidak ingin banyak kata yang terucap dalam blog ini, lihatlah fotonya, semoga membuat kita lebih menghargai arti perbedaan ideologi, arti mencapai tujuan tanpa membuat orang lain menjadi tersakiti, arti kehidupan dan arti kematian itu sendiri.

Cambodia - my first day

Ahaaaa… inilah saatnya berpetualang

Kebetulan ada undangan workshop di kamboja 2 hari, dan alangkah ruginya kalo hanya ikut workshop tanpa menikmati eksotisme kamboja

Senin sore berangkatlah kami ke jakarta, karena pesawat ke kamboja besok pagi-pagi udah terbang. Maka ketika jam 3 pagi harus mandi, mata masih mengantuk, tapi dipaksain melek. Mmmm….. adventure dimulai.. mudah-mudahan menggairahkan.

Pagi itu kami menyusur subuhnya jakarta, dari apartemen bellagio tempat kami menumpang, lampu-lampu jakarta masih memancar samar-samar.

Pesawat sempat transit di Kuala Lumpur sekitar 2 jam. Dan biasalah.. rest room menjadi sasaran utama. Dan biasalah juga… cengkareng menjadi tampak sangat buruk. Aku masih berharap sih… wah paling-paling Phnom Penh toiletnya jauh lebih buruk dari Cengkareng… kan mereka lebih miskin dari Indonesia.

Perjalanan dari KL ke Phnom Penh sekitar 2 jam juga. Waktu di Phnom penh sama dengan kita di Indonesia… (temenku protes… Indonesia? WIB to?... hehehe bukannya yang Indonesia itu hanya Jakarta???). dari atas tampak sungai Mekong yang berliuk-liuk kayak ular naga. jam 1 siang mendaratlah aku di Pochentong Internasional Airport.

Dan wooowww… airportnya kecil tapi cantik…. Toiletnya!!!!! Gubraaaakkkkk lebih harum cantik dan indah dibanding Cengkareng (aku berpikir gila bener pemerintah Indonesia membiarkan pintu gerbang pertamanya seperti itu, tissu diobyekin, di kamar mandi bertumpuk tisu nggak dibersihin….. wah malu banget rasanya). Dan penjemput kami sudah datang. Naiklah ke taksi, sambil ngobrol-ngobrol. Yang jelas si sopir taksi dengan bahasa inggris yang asik, tidak mau bicara masalah Hun Sen. Politik adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Dan pemandangan di jalan yang menakjubkan adalah… arus lalu lintas yang sangat tidak manusiawi. Tidak ada satu pun pengendara motor yang memakai helm. Dan mereka bisa cenglu bahkan cengpat. Mbonceng telu atau papat. Bahkan para biksu pun melakukannya. Hohoho…. Persis kayak jogja pada tahun 70-80an… pedagang kaki lima semrawut, lalu lintas ra kauran.

Oleh penyelenggara workshop kami di inapkan di Villa Langka. Dia sih mengakunya butik hotel… tapi sebenarnya lebih mirip sosrowijayan di jogja. Kamarnya sederhana, dengan tempat tidur berkelambu, namun menjadi menarik karena setiap sore di sudut tempat tidur di kasih melati. Mmmm harummm.

Karena tidak mau membuang waktu… maka aku segera mencari tuktuk..dan kebetulan sopir tuktuk-ku, meski tidak pinter bahasa inggris, tapi membero rasa aman dan nyaman. Jadilah Mr. Pak my private tuktuk driver…

Museum nasional….. di bawah hujan derasm meluncurlah kami ke museum nasional di pusat kota. Museum ini tidak terlalu istimewa. Isinya adalah arca yang sebagian besar udah hilang kepalanya, hilang tangannya … jadi kayaknya museum nasional Jakarta masih lebih wokeeelaaahhh….

Setelah itu meluncur lagi ke Royal Palaceditengah banjir jalan raya tentunya (oalaaaaahhh negara sedang berkembang di mana-mana sama aja problemnya.. tata kota yang tidak memperhatikan saluran air). Royal palace ini indah menurutku… bangunannya terjaga rapi dan bersih. Raja Norodom yang masih jomblo juga tinggal di sana.

Atap royal palace yang kekuningan, dan bunga kenikir kuning.. memberi suasana sore itu hangat di rintik hujan. Ada satu rumah yang merupakan hadiah dari Napoleon.. jadi rumah ini perancis banget.

Terus kami masuk ke rumah silver… lantai seluruh ruangan ini dari silver, jadi berton-ton beratnya. Sayangnya tidak boleh dipotret. Di ruang silver ini juga ada patung Budha dari emas yang sangat besar…. Waduuuuhhhh indah banget. Di dahi, dada, lengan dan badannya ada berlian yang sangat besar pula. ini membuktikan kamboja dulunya kaya….

Di depan Silver Pagoda, ada 2 buah pagoda yang dipersembahkan untuk mantan raja Norodom ….

Di samping lokasi ini, ada selasar dengan lukisan ramayana. Masih menyisakan keindahan meski beberapa sudah mengelupas catnya.

Ada pula air suci, yang membikin awet muda…hahahaha maka bersemangatlah aku minum…. Temen2ku tanya, kok diminum tidak hanya untuk raup? Wah….wah… lha kalo yang muda cuman mukanya yo rugi… jadinya harus diminum… aku jawab begitu.

Perjalanan sore ini diakhir dengan makan di sebuah rumah makan… sembarang sih… asal kelihatan ramai… cerita maem-maemnya nanti kutuliskan dalam catatan khusus ya..