aku habiskan waktuku untuk membaca kesedihan, kebahagiaan, keheningan: mengolah bencana menjadi vitaminnya jiwa. punyanya Gede Prama
secara keseluruhan buku ini menyejukkan.
ada beberapa kalimat yang benar-benar mengingatkanku, mengingatkan perjalananku, kekosonganku, mengingatkan seluruh perjumpaanku, yang aku yakini bukan suatu kebetulan
kalimat awal dibuku ini adalah hidup adalah sebuah karya seni. kita melukisnya melalui tindakan, pikiran dan kata-kata.
Satu kalimat kecil yang indah, namun kadang aku lebih suka menambahnya menjadi
aku adalah tanah liatmu ya Tuhan, biarlah Engkau membentuk aku menjadi bejanamu yang indah.
Bukan suatu pelimpahan tanggungjawab kehidupan ke Gusti Allah sih, namun lebih berkolaborasi... hehehe... lha pie... kadang hidup itu susah untuk dimaknai ketika kita tidak memiliki kepasrahan.
aku teringat cerita jiwa yang sudah sangat lama...
ada sesuatu yang sangat melukai diri, persahabatan
tidak selalu berakhir dengan keabadian. ada luka yang menganga, ketika sahabat jiwa mengingkari, ketika sahabat jiwa memutar seluruh perjalanan kehidupan bersama menjadi suatu riak yang harus disingkirkan.
bertahun terluka, berbulan menghindar.
waktu itu aku sempat mengelus dan berbicara dengan hati,
hidup bukanlah suatu penghindaran hidup adalah sesuatu yag harus dihadapi. rekonsiliasi, rasa maaf merupakan satu tahap yang akan menenangkan jiwa.
self healing, dan seperti kata Prama ketika kita bisa menjadi sahabat diri kita sendiri, bersahabat dengan kehidupan, ternyata segalanya menjadi lebih indah
(sayangku.. indah bukan rasa saat ini, terlepas dari amarah, dan bila sahabat jiwamu tetap dilingkup amarah, biarkan dendamnya mengembara tanpa dapat menyentuhmu)
aku juga teringat cerita jiwa yang belum sangat lama
ada suatu luka yang sangat dalam, yang menyebabkan harus berpisah dengan orang-orang yang dicintai, yang menyebabkan tidak dapat lagi membelai dan mendekap buah hati. kesedihan dan sakit hati pada akhirnya diredam oleh cinta lain yang begitu tulus merengkuh
namun kesedihan itu tidak juga sirna, dan kesedihan itu kadang berubah menjadi kemurkaan yang dapat mengancam rasa cinta yang baru.
aku sempat berbisik lembut ke jiwa. hai jiwa, hidup tidak dapat dipenuhi dipenuhi kesedihan, karena kesedihan, kemarahan akan mengambil jiwa kita yang positif. hidup akan bervibrasi positif, ketika menyebar cinta. karena vibrasi cinta itu pula yang akan berbalik memenuhi jiwa
self healing, seperti kata Prama terlalu banyak orang yang tenggelam dalam kesedihan, lupa pesan-pesan membimbing yang dibawa pembimbing kehidupan yang bernama kesedihan. Kesedihan menghadirkan kekuatan purifikasi jiwa yang amat menganggumkan
(sayangku, mulailah hari ini memurnikan jiwa dengan cinta)
dari buku kecil ini, aku memperoleh suatu makna baru.
bagi kebanyakan orang, luka itu mematikan. hanya bagi orang yang mengagumkan, luka itu mempersehat jiwa
dan bagi pejalan kaki ke dalam diri, tidak saja cahaya terang yang membimbing, bahkan kegelapan pun hanya simbol kedalaman
bagi kebanyakan orang, luka itu mematikan. hanya bagi orang yang mengagumkan, luka itu mempersehat jiwa
dan bagi pejalan kaki ke dalam diri, tidak saja cahaya terang yang membimbing, bahkan kegelapan pun hanya simbol kedalaman