aaaarrrrgghhhh... aku tidak pernah menyangka, sisa carut minggu ini dan "ucapracunmu" pada hari Jumat memberiku parut yang perih. Kecil sebenarnya. Namun ketika merasa diri tidak berarti, ketika upaya dihaki orang lain, ketika arogansi mengalahkan kebersahajaan... ternyata tetap perih.
pagi tadi, sabtu masih basah embun. aku mencoba melarikannya ke Candi Cetho. siapa tahu, kabut yang menutupnya, membuatku lebih tenang dan jernih. Siapa tahu basah rumput, membuatku mau melangkah kembali. Dan ini suasana yang meneduhkanku... membuat aku kembali melangkah. Mengejar matahari yang selama ini aku cari.
Aku hanya ingin memeluk biru
mengunyah basah rumput
dan mengulum kabut tipis
dalam bening kurasa semburat nafas
yang menyaput seluruh parut
seolah menggantinya dengan pemahaman
mungkin kamu tidak tahu yang kamu perbuat
aku tetap ingin berlari
namun tidak lagi semata mengejar matahari
lebih membiarkan diri menyentuh biru langit
agar tidak menjadi perih karena inginmu
agar aku bisa tetap menjadi aku
5 komentar:
lha kok mistik banget, okeh kabute ngene
Jenk Ika ... puisi dan sajake iku lho .. menggelitik sukma dan jiwa ..
Siapa akan berkata..
pada langit yang menampung awan berlari...
pada pancar matahari yang membelai mu
Kibas angin kini telah menyentuh relung jiwamu...yang tak pernah padam karena angin bertiup...
Sepoi angin memainkan senyum yang tak pernah diam....
dan ika pun memandang tajam tiada berkedip
siapa dibalik bayangan bukit menyentuh janji
pada pucuk pucuk cemara yang bergoyang
Makin matang dikau berpantun di bumi seberang
Segala kucur hujan jadikan payung berlari...
Dalam genderang hati bertabur kebaikan...dikebun rumah doamu menyentuh langit...terbang tinggi bersama hijau rumput minggiran...
Ka...elu nih pinter banget, so tiada aral melintang ada potensi buat jabatan menteri kalau kuasa pilihan jatuh padamu...cielehhh gubrakkkk petongsong nyonggo ngalem ngalem karepe opo iki yo jiakakkakakkakaka.
Posting Komentar