Jumat, 07 Agustus 2009

Upacara Bepelas dan tari ganjur

Setelah beristirahat sejenak di hotel yang di pucuk bukit, malam Rabu lalu kami ingin menyaksikan Upacara Bepelas, yang dilangsungkan di Sitihinggil Kedaton Kutai Kartanegara ing Martapura.
ketika turun ke kota... jembatan Tenggarong menyala dengan indahnya.
Kemudian ketika kami sampai ke Museum Mulawarman, yaitu Kedaton tersebut, masyarakat telah banyak berkumpul. Mereka tidak dapat masuk, dan hanya menyaksikan pertunjukkan lewat Screen besar yang dipasang di depan istana. Upacara bepelas sendiri diadakan setiap malam selama 7 hari berturut-turut. dan kebetulan malam ini adalah malam ke tiga. Upacara ini dilakukan unutuk memuja raga dan sukma Sultan dari ujung kaki sampai ujung kepala agar tetap sehat.
wah sebenarnya agak frustasi juga...karena tidak bisa masuk. Untung mas awal berbaik hati, mendekati penjaga istana. Dia berkata, ini ada rombongan khusus dari jogja yang ingin meliput. apakah kami diperbolehkan masuk???dan akhirnya kami dapat masuk...ke ruang yang sangat besar tadi...beberapa foto bisa diambil dengan jelas..
Para pemangku adat Dayak tampak lebih banyak dari yang tadi siang.
Bahkan aku mendapat tawaran untuk memotret dari arah dalam. Sehingga aku harus melewati naga kayu yang besar, yang akan dilarung pada hari terakhir.. Naga itu berdiri dengan anggunnya.. warna hijau, merah kuning, sisiknya sangat meriah. dan konon sisik ini sangat diperebutkan oleh masyarakat. Sayang sekali aku tidak dapat memotretnya. beberapa kali diambil selalu gelap, dan tidak fokus. ketika sudah fokus, shutter tidak dapat diklik... entah kenapa...yang jelas sesaji dan dupa mengepul di bawahnya.
tari yang ditarikan dalam upacara ini adalah tari Ganjur. Tari ini menggunakan ganjur atau sejenis gada. Penari awam menari dengan senyum, karena mereka masih kikuk menarikannya.
Setelah putra Mahkota keluar... (hari ini Sultan tidak keluar..) maka upacara dimulai. Malam sudah makin larut, sekitar jam 9 malam. Putra Mahkota berjalan di atas kain kuning, tangan kanan memegang tali juwita, tangan kiri memegang kain cinde, menuju ke ayu.
Ketika kaki kanan putra mahkota menyentuh gong, maka suara meriam akan segera diperdengarkan dari seberang.
Upacara ini dilakukan 3 kali, karena ini adalah hari ketiga. Setelah upacara selesai, segera sang putra Mahkota meninggalkan sitihinggil untuk menuju ke dalam. Wah pengalaman yang tak terlupakan.
Malam ini kami menutupnya dengan makan ditepi sungai...menu utamanya selain ikan adalah Satai Rusa.... mmmmhhhh hari terakhir di Tenggarong yang penuh pesona

3 komentar:

Judith mengatakan...

wis akeh acara jalan2e yo mbak..hiks hiks aku malah ra iso dolan,wis akeh gawean ketambahan bapakku sakit nih..aku di jogja lho mbak..bapak arep operasi ning RS Panti rapih...kalo pas di yogya aku dikabari yo

mama icel mengatakan...

yah sayang bgt gak bisa masuk ke museum ya?? padahal udah jauh2 tuh...tenggarong - sangatta kira2 4 jam Ka, udah deket kan..lain kali kalau ke sangatta kasih tahu dulu ya...

Anonim mengatakan...

wah sate rusa...jadi ingat kampung halaman